MENJELAJAHI JEJAK KUNO DAN MODERN : EKSPLORASI KEBERAGAMAN ARSITEKTUR MAGELANG

oleh : Cindy Anggita Azzahra
 https://adminweb.magelangkota.go.id/uploads/15162359660_1_16c28f2c7b.jpg
Sumber gambar : https://adminweb.magelangkota.go.id/uploads/15162359660_1_16c28f2c7b.jpg

Magelang merupakan sebuah kota yang sudah berumur lebih dari 10 abad, menjadikannya salah satu kota tertua di Indonesia. Magelang terletak di provinsi Jawa Tengah yang dikelilingi oleh sungai dan bukit pegunungan. Daerah Magelang dibentuk sejak masa klasik, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan prasasti, Magelang dulunya dinamakan Desa Mantyasih yang saat ini desa tersebut dikenal dengan Desa Meteseh di Magelang. Bukti yang menyatakan adanya desa tersebut bisa ditemukan pada Prasasti Poh, Prasasti Gilikan dan Prasasti Mantyasih. Prasasti Mantyasih tersebut ditulis di atas lempengan tembaga. Dalam isi prasasti tersebut disebutkan adanya tulisan mengenai Desa Mantyasih yang saat ini dinamakan Desa Meteseh dan Desa Glangglang yang sekarang diubah menjadi Magelang. Pada isi Prasasti Mantyasih juga menyebutkan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 yang artinya 11 April 907 M, sehingga pada tanggal 11 April dijadikan hari lahirnya Magelang. read more

[HIMAPEDIA] SAKA KALPATARU PENDAPA RANTE SEBAGAI SIMBOL MULTIKULTURALISME BERAGAMA

(Sumber: Mawan Sidarta, 2015)

Islam dikenal sebagai sebuah agama yang diajarkan secara halus dan damai dengan kebudayaan sebelumnya. Kelompok penyebar Islam yang terkenal adalah Wali Songo, salah satu diantaranya adalah Syekh Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki strategi dakwah yang sangat ramah, yakni melalui permainan bonang dan syair-syair tembang. Makam Sunan Bonang terletak di Tuban, Jawa Timur, tepatnya di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Pada kompleks makam Sunan Bonang masih dapat ditemukan benda-benda era Hindu-Budha. Sebelum memasuki area inti makam, terdapat dua Pendapa Kayu, salah  satunya disebut sebagai Pendapa Rante.  read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Masjid Jami Al Anwar Angke : Respresentasi Keragaman Etnis di Batavia

(Masjid Angke tahun 1930. Sumber : KITLV)

Batavia selama abad 17 hingga abad 18 merupakan kota yang sangat majemuk dan multikultur, hal tersebut didukung oleh komposisi masyarakatnya yang terdiri dari berbagai etnis. Masing-masing etnis yang datang ke daerah perantauan (Batavia) membawa berbagai macam kebudayaan dari daerah asal mereka. Pembauran, akulturasi dan asimilasi tidak dapat dihindari, sehingga dari proses tersebut melahirkan corak kebudayaan baru. Salah satu hasilnya dalam bentuk bangunan. Masjid Jami Al-Anwar atau lebih populer dengan sebutan Masjid Angke merupakan sebuah contoh karya budaya, sekaligus saksi sejarah betapa Bhineka-nya masyarakat di Jakarta pada masa lampau. read more

[HIMAPEDIA]FILOSOFI MASJID SAKA TUNGGAL: KEESAAN ALLAH SEBAGAI PENCIPTA ALAM SEMESTA

Masjid Saka Tunggal yang terletak di Desa Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah ini merupakan masjid yang menggunakan satu saka pada bagian tengahnya. Masjid Saka Tunggal ini dibangun pada tahun 1722 oleh Bupati Kendurean, putra dari Adipati Mangkupraja. Diwilayah yang sama yang jaraknya diperkirakan sekitar 150 m dari  masjid terdapat makam Adipati Mangkupraja.

     

Sumber: Kharisma Nabila (HIMA)

Masjid ini didirikan untuk memperingati seribu hari dari wafatnya Adipati Mangkupraja dan memiliki filosofi bahwa saka tunggal itu melambangkan keesaan Allah sebagai sang pencipta tunggal alam semesta. Pembangunan Masjid Saka Tunggal ini diketuai oleh Demang (ketua desa) Sembilan, diantaranya ialah Kiai Jabrang, Kiai Tanah Suci, Kiai Brangkal, Kiai Jatinegara, Kiai Tegalsari, Kiai Pekuncen, Kiai Semangding, Kiai Gumeng, dan Kiai Karangasem. Bangunan suci bertiang satu dianggap suci tidak hanya dipandang secara islami saja, tetapi pada candi Jawi dan candi Surawana juga memuat relief berupa bangunan suci bertiang satu. read more

[HIMAPEDIA] Arsitektur Masjid Menara Kudus dalam Bingkai Akulturasi Nusantara

Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)

Masjid Menara Kudus adalah kompleks yang menempati lahan seluas sekitar 0,5 hektar, di mana, di samping bangunan masjid, ada juga menara batu, dan makam Sunan Kudus beserta gerbangnya. Masjid ini dikelilingi oleh dinding bata setinggi 2 meter. Keunikan Masjid Menara Kudus adalah keberadaan menara bangunan yang menyerupai bangunan candi. Sebagai tambahan, Masjid ini juga memiliki gerbang bentar dan kori (Ashadi, 2017)

Menara Masjid

Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)

Menara Kudus adalah menara yang awalnya digunakan untuk adzan, dengan bentuk yang unik. Gaya bangunan menara tersebut terlihat jelas menunjukkan pengaruh bentuk bangunan candi Hindu-Jawa. Indikasinya, seperti bangunan candi Hindu pada umumnya, struktur bangunan menara masjid ini terdiri dari tiga bagian, yakni: kaki, badan, dan puncak bangunan (Triyanto et al., 2019). Bahan bangunan yang digunakan oleh menara adalah batu bata dengan pelat porselen di dinding. Menara tingginya sekitar 18 meter dengan luas 100 m2(Anisa & Lissimia, 2020). Sedangkan bagian dasar bangunan menara memiliki ukuran 10 x 10 m. Di sekeliling dinding bangunan menara, terdapat tempelan ornamen berupa hiasan piring-piring sebanyak 32 buah. Motif hias dalam piring-piring tersebut yang berwarna biru berjumlah dua puluh itu menggambarkan beberapa motif hias flora dan fauna. Sisanya yang dua belas hiasan piring berwarna merah dan putih diisi dengan motif hias bentuk stilasi bunga (Triyanto et al., 2019). read more

Incoming search terms:

Memaknai Kata Sandi pada Bedug Masjid Cipto Mulyo Pengging, Boyolali

Masjid Cipto Mulyo tampak depan
Masjid Cipto Mulyo tampak depan (Sumber: koleksi pribadi).

Oleh : Rizal Hendra Pratama (Arkeologi 2018)

Mungkin orang agak sukar menemukan keberadaan Masjid Cipto Mulyo yang ada di kawasan wisata Umbul[1] Pengging di Kecamatan Banyudono, Boyolali ini. Awalnya penulis memiliki tujuan utama melihat kekunoan Umbul Pengging yang memang terkait erat dengan adanya sebuah pesanggrahan[2] peninggalan Kasunanan Surakarta pada masa silam. Banyak sekali umbul yang ada di wisata Umbul Pengging diantaranya adalah Umbul Temanten, Ngabean, dan Sungsang. Pemanfaatan sebagai kawasan wisata berupa pemandian bisa dikatakan mengurangi esensi dari bangunan umbul pengging yang sebenarnya memiliki fungsi sebagai tempat bersantai, singgah sebentar atau bermeditasinya keluarga Raja sehingga penuh dengan kesan suasana sepi, tenang, dan sunyi. read more

Incoming search terms: