[HIMAPEDIA] Kota Juwana dan Perkembangannya

Kota kecil yang berada di pesisir utara pulau Jawa ini memiliki dinamika yang cukup panjang. Sekarang, Juwana menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Pati. Perannya sebagai kota pelabuhan setidaknya mulai tercatat sejak abad 16 M. Perkembangan Juwana tidak dapat dipisahkan dari peran Pelabuhan Juwana yang kemudian memicu perkembangan Kota Juwana awal. Kota Juwana awal berkembang di sepanjang Sungai Juwana sehingga membentuk pemukiman linear yang mengikuti alur Sungai Juwana (Priyomarsono dkk, 2020: 48). Hal ini dibuktikan dengan adanya pemukiman-pemukiman di sepanjang Sungai Juwana yang didominasi oleh rumah-rumah etnis Tionghoa meskipun sekarang tinggal hanya beberapa unit saja. Ada yang hancur dimakan usia, juga ada yang memang sudah diganti dengan bangunan baru dengan gaya modern. Toponim Bendar yang diasosiasikan dengan kata “bandar” turut menjadi salah satu bukti eksistensi Pelabuhan Juwana sebagai penyokong yang membuat hubungan pesisir dengan pedalaman menjadi lancar. read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Stasiun Kudus dalam Lintas Masa

Gambar 1. Stasiun Kudus tahun 1936 (Dok. Istimewa/Kabarpenumpang.com)
Gambar 1. Potret Stasiun Kudus tahun 1936 (Dok. Istimewa/kabarpenumpang.com)

Stasiun Kudus atau yang dikenal juga dengan nama Stasiun Wergu merupakan stasiun kereta api non-aktif kelas besar yang berada di Desa Wergu Wetan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Aset IV Semarang. Terdapat dua periode pembangunan jalur kereta di stasiun ini. Periode yang pertama adalah pembangunan jalur Jurnatan-Juwana, sedangkan yang kedua adalah jalur Kudus-Mayong. Keduanya berada di bawah naungan Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS). Jalur Demak–Kudus selesai pada tanggal 15 Maret 1884 dan dilanjutkan menuju Juwana pada tanggal 19 April 1884. Selanjutnya, dibangun jalur cabang menuju Mayong pada tanggal 6 September 1887. read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Randu: Tanaman Musiman yang Pernah Jaya pada Masanya

Menetesnya air hujan di bumi membuat tanaman Randu (Ceiba etandra) berbunga. Sedangkan dinginnya angin malam di musim kemarau membuat kulit buah pohon randu retak dan membuat isinya beterbangan kesana-kemari. Pada keadaan seperti itulah pohon randu sudah siap untuk dipanen. Untuk bisa memanen kapuk siap produksi, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Meski tergolong lama usia panennya, kapuk menjadi komoditas yang cukup menjanjikan pada masa Kolonial Belanda (pasca diberlakukannya cultur steelsel). read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Selayang Pandang Gereja Tertua di Tanah Gurindam

Potret Gereja Ayam Tanjungpinang. (Sumber: Dok. HIMA/Hot Marangkup Tumpal)

Bangsa Belanda yang datang ke Nusantara hingga melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Nusantara dapat dikatakan selalu meninggalkan jejak-jejak mereka baik dalam wujud tangible maupun intagible. Wilayah Kepulauan Riau (Riouw Archipel) yang terkenal dengan budaya Melayu juga tidak luput dari ekspansi Belanda. Salah satu tinggalan Belanda yang masih dapat dilihat hingga saat ini adalah Gereja GPIB Bethel Tanjungpinang. Saat kali pertama dibangun pada tahun 1883, gereja ini hanya digunakan untuk peribadatan bagi orang-orang Belanda dan kerabatnya, serta serdadu militer Hindia-Belanda yang memeluk agama Kristen Protestan di Tanjungpinang. Gereja tertua di Kepulauan Riau yang ketika diresmikan disebut “De Nederlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang” ini sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya yang memiliki nomor Inventaris Cagar Budaya: 15/BCB-TB/C/01/2007. Dalam perkembangannya, gereja ini menjadi Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) setelah ditetapkan dan diakui berdasarkan Staatsblad Indonesia tahun 1948 No. 305 dan Surat Keputusan Wakil Tinggi Kerajaan di Indonesia tertanggal 1 Desember 1948 No. 2. read more

Incoming search terms:

Pemerintah Kolonial dalam Menangani Wabah Penyakit

Menelaah respon pemerintah kolonial terhadap epidemi di Jawa pada abad-20 dari perspektif arkeologi

Pada masa kolonial, ada beberapa epidemi/wabah yang penyebarannya cukup membuat khawatir pemerintah kolonial di Indonesia karena penyebarannya yang masif dan tidak adanya obat pada masa itu yang mampu menyembuhkan penyakit tersebut. Wabah-wabah tersebut diantaranya adalah Cacar, Kusta, Pes, Malaria, Kolera, dan Tuberculosis/TBC. Penanganan terhadap masing-masing wabah dilakukan sesuai dengan jenis penyebabnya, perantaranya, serta ketersediaan pengobatan terhadap wabah yang ada pada saat itu, sehingga setiap wabah memiliki cara penanganan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. read more

Incoming search terms: