Kerkhoff di Jalan Yos Sudarso Sebagai Jejak Kejayaan Suikerfabriek Bandjardawa di Kabupaten Pemalang

Oleh : Siti Nur Anisa

Berada di wilayah pesisir utara pulau Jawa, kabupaten Pemalang tidak lepas dari belenggu kolonialisme Bangsa Belanda pada masa lalu. Seiring dengan diberlakukannya kebijakan Cultuurstelsel yang diperkenalkan oleh Van den Bosch pada 1830, perkebunan tebu dan pabrik gula tumbuh subur di Pemalang. Beberapa pabrik gula yang pernah beroperasi di Pemalang yaitu, Sumberharjo, Petaroekan, Bandjardawa dan Tjomal. Namun, pada kisaran permulaan tahun 1930-an saat krisis malaise menyerang dunia, pertumbuhan dan industri pabrik gula mulai lesu. Selain itu berbagai faktor-faktor lainnya yang terjadi pada tiap- tiap pabrik turut memperparah keadaan. Hingga pada akhirnya pabrik-pabrik yang ada terpaksa harus berhenti beroperasi dan ditutup. Sehingga pada akhirnya kebanyakan bangunan-bangunan bekas pabrik gula yang ada menjadi bangunan terbengkalai pada masa setelahnya. read more

Incoming search terms:

TATO SEBAGAI SIMBOL STRUKTUR KEMASYARAKATAN SUKU MENTAWAI

Oleh: Ayu Galih Dewandari

Tato, apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata “tato”?. Mungkin kata tersebut sudah terdengar tidak asing pada masyarakat umum. Tato atau bisa disebut juga dengan body painting adalah seni melukis yang memanfaatkan tubuh manusia sebagai medianya. Dibuat dengan cara menusuk, menyuntikkan, atau melukai kulit dengan jarum suntik yang sudah diberi cairan kimia yang pada akhirnya lukisan tersebut pada kulit tidak akan hilang. Seni tato ternyata sudah dikenal sejak zaman prasejarah, dibuktikan dengan adanya artefak dan penemuan mumi, seperti mumi Iceman yang ditemukan di pegunungan dekat perbatasan Austria dengan Italia dan mumi wanita yang ditemukan di Situs Deir El-Medina. read more

Incoming search terms:

Indiana Jones dan Upaya Pelestarian Cagar Budaya

Oleh: Muhammad Fernanda Dhiyaul Hak
Poster Film Indiana Jones Dial of Destiny (Sumber: comicbook.com)

Setelah 15 tahun sejak film kelimanya pada tahun ini serial Indiana Jones kembali rilis dan kembali lagi untuk berpetualang untuk yang terakhir kalinya dengan judul Indiana Jones: The Dial of Destiny. Film yang memiliki tema arkeologi yang dibalut keseruan melalui petualangan tokoh utama yaitu Indiana Jones ini rilis pada akhir bulan juni tahun ini dan menjadi penutup dari serial legendaris Indiana Jones. Pada tulisan ini tidak akan membahas bagaimana keseluruhan cerita, rating, dan penjelasan ending film. Namun penjelasan singkat dari cerita film ini adalah dimana ketika Indiana Jones memasuki masa pensiunnya sebagai dosen di salah satu universitas di Amerika Serikat tetapi harus kembali lagi berpetualang dan mencari artefak legendaris yang diceritakan sebagai peninggalan dari Archimedes. Sudah tentu dalam perjalannya mencari artefak kisah Indiana Jones ini dibumbui dengan adegan-adegan aksi laga yang kuat dengan melibatkan musuh-musuhnya. Dari aksi-aksi yang dilakukan dari awal hingga akhir film juga menunjukkan beberapa adegan yang membahayakan bahkan merusak artefak maupun situs arkeologi yang ada. Hal-hal tersebut memang merupakan hal yang biasa di dalam film dan artefak-artefak yang dirusak tentunya hanya properti belaka dan bukan artefak asli. Namun muncul sebuah pertanyaan, bagaimana jika memang terjadi kerusakan pada artefak atau sebuah situs arkeologi yang dilindungi?. Sebelum itu artefak dan situs arkeologi merupakan bagian dari cagar budaya atau cultural heritage. Kita tinggalkan sejenak tentang pertanyaan sebelumnya mengenai bagaimana jika terjadi kerusakan pada artefak atau pada situs arkeologi, kita mungkin harus kembali pada penjelasan mengenai apa sebenarnya cagar budaya itu. read more

Wayang Tingklung : Dalang yang Multitasking

Oleh: Ardia Shiva
Gambar 1. Objek Pameran Wayang Petruk di Museum Kotagede, Intro Living Museum

Indonesia memiliki kesenian budaya yang beragam, mulai dari tarian, nyanyian, hingga pertunjukkan seni. Salah satu kesenian yang digemari masyarakat Indonesia adalah pertunjukkan wayang. Wayang memiliki jenis yang beragam seperti Wayang Orang, Wayang Kulit, dan Wayang Golek. Setiap jenis pertunjukkan wayang tersebut biasanya juga memiliki gaya yang berbeda-beda. Keanekaragamannya dapat dilihat dari setiap unsurnya, misalnya perbedaan bentuk pada wayang kulit gaya Surakarta dan Yogyakarta (Sunaryo, 2008).  read more

Incoming search terms:

EKSPLORASI LUAR ANGKASA SEBAGAI BAGIAN DARI ARKEOLOGI

Oleh Ahmad Zaki

Berbicara mengenai temuan arkeologi yang berada di atas permukaan bumi memang tiada habisnya, panjangnya perjalanan waktu umat manusia sejak kemunculannya di muka bumi ini menyisakan banyak tinggalan budaya yang perlu dipelajari dan dilestarikan kepada generasi penerus kita. Sejak dahulu kala umat manusia ditakdirkan untuk mencari banyak hal baru demi memudahkan kelangsungan hidupnya hal ini dapat terlihat dengan berbagai usaha manusia dalam menciptakan alat yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-harinya. Revolusi kognitif menjadi jawaban bagi umat manusia yang terus berkembang seakan-akan menyempurnakan kembali apa-apa yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari teknologi alat batu (lithic) yang awalnya tampak sederhana kemudian semakin berkembang dan kompleks tentu hal ini tak lain adalah bukti dari adanya perkembangan kognitif umat manusia. read more

TARI : PERTUNJUKAN HIBURAN DARI MASA JAWA KUNO

Oleh: Mulaviani Fatimah Azhar

Hiburan merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan oleh manusia. Biasanya manusia mencari hiburan ketika sedang bosan atau jenuh dengan rutinitas yang dijalani. Hiburan yang dilakukan oleh manusia di masa kini beragam. Namun, hiburan nyatanya bukanlah fenomena baru. Manusia yang hidup pada masa lampau seperti masyarakat di masa Jawa Kuna juga sudah mengenal adanya hiburan. Pada kala itu, sudah dikenal beberapa pertunjukan hiburan yang salah satunya adalah pertunjukan tari. Data mengenai adanya pertunjukan tari sebagai hiburan terekam dalam beberapa prasasti, naskah-naskah kuno, serta relief-relief candi. Bukti adanya pertunjukan tari dalam prasasti ditunjukan dengan istilah manigal, anigal, inigallakan. Istilah tersebut berasal dari kata dasar igel yang menurut Bausastra memiliki arti menari. read more

Incoming search terms: