Permasalahan Rencana Pemasangan Cattra Borobudur

Sumber foto: commons.wikimedia.org

Status Candi Borobudur sebagai salah satu World Heritage terancam dicabut oleh UNESCO. Ada banyak perdebatan mengenai rencana pemasangan Cattra pada puncak stupa Candi Borobudur yang dikemukakan oleh Kemenag. Tidak semua masyarakat, terutama para arkeolog, setuju dengan pemasangan cattra. Berdasarkan UU Cagar Budaya, pemasangan cattra tidak memungkinkan untuk dilakukan karena Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO sehingga diperlukan penelitian yang komprehensif jika ingin tetap memasang cattra di Candi Borobudur. read more

Incoming search terms:

MENJELAJAHI JEJAK KUNO DAN MODERN : EKSPLORASI KEBERAGAMAN ARSITEKTUR MAGELANG

Oleh : Cindy Anggita Azzahra
 https://adminweb.magelangkota.go.id/uploads/15162359660_1_16c28f2c7b.jpg
Sumber gambar : https://adminweb.magelangkota.go.id/uploads/15162359660_1_16c28f2c7b.jpg

Magelang merupakan sebuah kota yang sudah berumur lebih dari 10 abad, menjadikannya salah satu kota tertua di Indonesia. Magelang terletak di provinsi Jawa Tengah yang dikelilingi oleh sungai dan bukit pegunungan. Daerah Magelang dibentuk sejak masa klasik, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan prasasti, Magelang dulunya dinamakan Desa Mantyasih yang saat ini desa tersebut dikenal dengan Desa Meteseh di Magelang. Bukti yang menyatakan adanya desa tersebut bisa ditemukan pada Prasasti Poh, Prasasti Gilikan dan Prasasti Mantyasih. Prasasti Mantyasih tersebut ditulis di atas lempengan tembaga. Dalam isi prasasti tersebut disebutkan adanya tulisan mengenai Desa Mantyasih yang saat ini dinamakan Desa Meteseh dan Desa Glangglang yang sekarang diubah menjadi Magelang. Pada isi Prasasti Mantyasih juga menyebutkan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 yang artinya 11 April 907 M, sehingga pada tanggal 11 April dijadikan hari lahirnya Magelang. read more

Incoming search terms:

TARI : PERTUNJUKAN HIBURAN DARI MASA JAWA KUNO

Oleh: Mulaviani Fatimah Azhar

Hiburan merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan oleh manusia. Biasanya manusia mencari hiburan ketika sedang bosan atau jenuh dengan rutinitas yang dijalani. Hiburan yang dilakukan oleh manusia di masa kini beragam. Namun, hiburan nyatanya bukanlah fenomena baru. Manusia yang hidup pada masa lampau seperti masyarakat di masa Jawa Kuna juga sudah mengenal adanya hiburan. Pada kala itu, sudah dikenal beberapa pertunjukan hiburan yang salah satunya adalah pertunjukan tari. Data mengenai adanya pertunjukan tari sebagai hiburan terekam dalam beberapa prasasti, naskah-naskah kuno, serta relief-relief candi. Bukti adanya pertunjukan tari dalam prasasti ditunjukan dengan istilah manigal, anigal, inigallakan. Istilah tersebut berasal dari kata dasar igel yang menurut Bausastra memiliki arti menari. read more

Incoming search terms:

Hari Jadi Kota/Kabupaten: Prasasti untuk Identitas Bersama

Oleh: Devina Ocsanda dan Meliani Sekar Tanjung Perwitasari

Prasasti menjadi tumpuan dalam penyusunan sejarah Indonesia, khususnya sejarah pada Masa Klasik (Hindu-Buddha). Penggunaan data prasasti tersebut terkait dengan beberapa hal. Pertama, prasasti ditulis sezaman dengan peristiwa yang terjadi (Dwiyanto, 1998). Kedua, pembuatan prasasti yang diperintahkan raja untuk rakyat melalui seseorang yang bisa menulis prasasti (citralekha) turut menjadikan prasasti menjadi data penting. Ketiga, aspek kehidupan yang tersurat maupun tersirat dalam prasasti, yaitu agama, ekonomi, politik, hukum, kesenian, pertanian, dan teknologi menjadikan prasasti sebagai sumber memadai. read more

Pengungkapan Acara Kerajaan Yang Menjadi Tempat Kemungkinannya Pertemuan Si Lima dan Si Gadis Baik Hati Berdasarkan Prasasti Tempuran dan Sumber Naskah Kuno

Gambar Prasasti Tempuran

Jika biasanya sebuah prasasti membahas mengenai penetapan daerah perdikan bebas pajak atau sima, maka Prasasti Tempuran memanglah prasasti dengan isi yang unik. Prasasti ini menceritakan rasa kegalauan ataupun frustasi dari seorang pemuda bernama Si Lima yang sedang patah hati terhadap seorang gadis yang tak sengaja ia tatap pada pertemuannya di sebuah upacara besar kerajaan. Ia semacam melakukan sumpah untuk dapat berbuat seratus kebaikan kepada sang gadis. Pada prasasti ini nama seorang pemuda tersebut disamarkan. read more

Incoming search terms: