Status Candi Borobudur sebagai salah satu World Heritage terancam dicabut oleh UNESCO. Ada banyak perdebatan mengenai rencana pemasangan Cattra pada puncak stupa Candi Borobudur yang dikemukakan oleh Kemenag. Tidak semua masyarakat, terutama para arkeolog, setuju dengan pemasangan cattra. Berdasarkan UU Cagar Budaya, pemasangan cattra tidak memungkinkan untuk dilakukan karena Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO sehingga diperlukan penelitian yang komprehensif jika ingin tetap memasang cattra di Candi Borobudur.read more
Sumber Gambar: https://kaltara.tribunnews.com/2022/11/06/nutu-luntungan-tradisi-suku-dayak-belusu-tana-tidung-pembuatan-menumbuk-padi-butuh-waktu-dua-bulan
Di Kecamatan Srumbung, Desa Bringin, terdapat sebuah dusun bernama Dusun Tonalan. Beberapa penamaan tempat atau lokasi biasanya memiliki arti atau cerita tersendiri. Sama halnya dengan penamaan Dusun Tonalan. Menurut cerita warga setempat, nama “Tonalan” berasal dari kata tonel. Tonel adalah bentuk kesenian dramatik atau teater yang berkembang pada masa pasca kolonial, sebuah warisan dari bangsa kolonial yang diajarkan kepada sebagian kaum terpelajar (Pramayoza, 2015). Beberapa warga juga menyebutkan bahwa kesenian tonel ini mirip dengan kesenian ketoprak yang ada pada masa sekarang.read more
Gambar 1. Keramik dari Masa Dinasti Ming Tiongkok (https://nationalgeographic.grid.id/amp/133943393/porselen-dinasti-ming-pendongkrak-perekonomian-kekaisaran-tiongkok)
Keramik adalah salah satu bentuk artefak yang dapat menjadi indikasi suatu peradaban. Saat tanah liat lunak berubah menjadi keramik yang kuat, bahan mentahnya mengalami banyak transformasi, termasuk pemrosesan, pembentukan, pelapisan, dan pembakaran di tungku pembakaran. Keramik diciptakan dalam berbagai konteks budaya dan sosial ekonomi sehingga bentuk, lapisan kaca, dan pola ornamennya sangat bervariasi. Gaya sejarah yang berbeda di Tiongkok dibentuk oleh pembuat tembikar, kaisar, otoritas, dan konsumen keramik. Perjalanan sejarah panjang yang digaungkan dan dilestarikan oleh keramik, serta evolusi jaringan kiln yang mencerminkan fenomena perjumpaan lintas budaya yang terjadi seiring berjalannya waktu, menjadikan keramik begitu mempesona. read more
Sebelumnya, kita selalu diajarkan bahwa Megalitik merupakan sebuah zaman yang muncul setelah zaman Neolitik. Dari situ kemudian dapat disimpulkan bahwa Megalitik merupakan suatu zaman yang baru dan benar-benar mulai terjadi ketika zaman Neolitik berakhir. Dengan adanya hal tersebut kita mulai berpendapat bahwa segala hal yang terjadi di zaman Neolitik dan zaman Megalitik mungkin saja tidak berhubungan karena kedua zaman tersebut memiliki kehidupan yang sangat berbeda. Namun, kemudian beberapa ahli berpendapat bahwa Megalitik bukanlah sebuah zaman yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah sebuah tradisi yang sudah terjadi selama beberapa waktu bahkan sebelum “zaman Megalitik” tersebut benar-benar terjadi. Dalam artian, bahwa tradisi Megalitik ini sudah terjadi pada zaman Neolitik dan terus berlanjut pada zaman-zaman setelahnya yang bahkan di beberapa daerah tradisi ini masih berlangsung hingga pertengahan abad ke-18.read more
Gambar 1: Ilustrasi pasca amputasi Sumber gambar: https://smithsonianmag.com/
Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur menyimpan wilayah yang berisikan kawasan pegunungan karst batu kapur yang luas dan juga terdapat banyak gua batu kapur dengan bukti arkeologis peninggalan manusia prasejarah di dalamnya, salah satu bukti arkeologis yang paling terkenal dan berpengaruh di kawasan pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat ini adalah banyaknya ditemukan gambar cadas pada gua-gua yang ada di wilayah tersebut bahkan ditemukan juga gambar cadas tertua yang berusia 40.000 tahun yang lalu. Namun, temuan menarik di kawasan ini tidak hanya berhenti di situ, di situs Liang Tebo yang merupakan gua kapur dengan tiga kamar seluas 160 m2, di dalamnya ditemukan bukti praktik amputasi yang sangat awal yaitu sekitar 31.000 tahun yang lalu. Temuan ini dianggap sebagai bukti paling awal dari sebuah tindakan medis yang kompleks dan puluhan ribu tahun lebih awal dibanding “operasi” zaman batu yang ditemukan di situs-situs di seluruh Eurasia. Penemuan ini sangat penting karena merupakan bukti bahwa setidaknya beberapa pemburu-peramu di Asia Tenggara telah mengembangkan pengetahuan dan teknik medis yang lebih unggul sebelum revolusi neolitikum sekitar 12.000 tahun yang lalu. Penemuan amputasi di Liang Tebo ini diungkap oleh Profesor Maxime ‘Max’ Aubert sebagai pemimpin proyek penelitian dari Griffith Centre for Social and Cultural Research bersama tim arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), FSRD Institut Teknologi Bandung (ITB), dan BPCB Kalimantan Timur pada tahun 2020 lalu. read more
Saat ini, laju semua informasi terjadi begitu cepat melalui berbagai media dan platform yang tersedia di gawai-gawai kita. Semua informasi dapat kita akses secara mudah dan cuma hanya bermodalkan adanya jaringan internet dan gawai. Di era serba cepat ini, disiplin ilmu arkeologi pun dituntut harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan ini. Utamanya karena arkeologi harus tetap memberi edukasi kepada masyarakat mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang yang masuk akal dan dapat diterima secara keilmuan. Tidak dapat dipungkiri dengan perkembangan media sosial saat ini maka juga makin mendukung perkembangan arkeologi yang dilakukan oleh awam. Di satu sisi, memang hal ini memberi manfaat tetapi di sisi lain hal ini juga dapat menjadi masalah utamanya jika kita menyadari adanya suatu fenomena yang disebut hiperealitas. Apa itu hiperealitas? Mengapa hiperealitas harus diwaspadai?read more
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website.
--
[ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju