ANALISIS SINKRONIK DAN DIAKRONIK TERHADAP CANDI KOTES DAN CANDI WRINGIN BRANJANG SERTA SITUS SEKITAR CANDI DI KECAMATAN GANDUSARI, KABUPATEN BLITAR

Oleh: Fransiskus Asisi Maria Beniyoga Puntoadhi

PENDAHULUAN

Candi merupakan bangunan suci atau kuil yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Candi biasanya dibangun sebagai tempat ibadah, makam, dan upacara keagamaan. Bangunan candi umumnya memiliki arsitektur yang megah, dengan berbagai ornamen ukiran dan relief.

Bentangan pulau Jawa dan Sumatera menjadi lanskap bagi sebaran ratusan struktur candi di Indonesia yang menjadi bukti peninggalan peradaban Hindu-Buddha di masa lampau. Candi-candi ini menyimpan informasi penting mengenai kepercayaan, seni, arsitektur, dan kehidupan sosial masyarakat pada zamannya. Keagungan dan keunikan arsitekturnya menyebabkan beberapa candi menjadi ikon nasional yang mendunia seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. read more

ANALISIS SINKRONIK DAN DIAKRONIK PADA PENINGGALAN MASA KOLONIAL DI KAWASAN KOTA TUA, JAKARTA: STADHUIS van BATAVIA dan de JAVASCHE BANK

Oleh: Anastasia Desy Putri Cahyani 
Gambar 1. Kawasan Kota Tua Tahun 1629
Sumber: oldmapsonline.org
Gambar 2. Kawasan Kota Tua Tahun 2025
Sumber : google.com/maps/.

Kota Tua Jakarta merupakan kawasan wisata di daerah Jakarta Barat yang menjadi cikal bakal kota Jakarta. Zona inti Kota Tua menjadi zona yang mengandung nilai sejarah tinggi karena area ini merupakan pusat aktivitas ekonomi dan sosial-politik pada masa kolonial. Seiring dengan upaya revitalisasi zona inti, Kota Tua mengalami perubahan fisik pada lanskapnya. Walaupun mengandung nilai sejarah yang tinggi, zona inti Kota Tua ini belum masuk ke dalam daftar Cagar Budaya sesuai UU No.11 tahun 2010. Bangunan-bangunan pada kawasan ini dialihfungsikan menjadi museum: Gedung Balai Kota Batavia (Stadhuis van Batavia) beralih fungsi menjadi Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah, Gedung de Javasche Bank beralih fungsi menjadi Museum Bank Indonesia, dan Gereja Baru Belanda (de Nieuwe Hollandsche Kerk) beberapa kali beralih fungsi dari gereja menjadi gudang perusahaan Geo Wehry & Co hingga kini menjadi Museum Wayang.  read more

Digitalisasi Budaya dan Kekuatan Transformatif Fandom

Oleh: Haybah Shabira
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada

Dalam era modern saat ini, pop culture telah menjadi fenomena yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama generasi muda. Salah satu aspek menarik dari budaya populer adalah munculnya “fandom” – sebuah komunitas yang terbentuk dari kumpulan penggemar dengan minat yang sama. Namun, fandom bukan sekadar kelompok konsumen pasif, melainkan sebuah ekosistem dinamis yang memiliki potensi luar biasa dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya.

Kultur fandom jauh lebih kompleks daripada sekadar hubungan transaksional antara produsen dan konsumen. Inti dari fenomena ini adalah sense of belonging – rasa memiliki dan keterlibatan yang mendalam. Para penggemar tidak sekedar mengonsumsi produk, mereka juga mengembangkan koneksi emosional yang kuat dengan objek kegemarannya, serta individu lain yang tergabung dalam fandom yang sama. Hal ini mendorong mereka untuk berkontribusi secara aktif, baik melalui pembelian merchandise, penciptaan karya fiksi, pengorganisasian event, hingga upaya pelestarian yang lebih substantif di dunia nyata. read more

PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN MELALUI BERTANI & BERKEBUN PADA ZAMAN BALI KUNO

Oleh: Ayu Galih Dewandari

Sumber: Tribunnews.com

Negara Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah, negara kepulauan yang luas, serta memiliki sumber daya manusia yang bisa dikatakan cukup banyak. Jauh sebelum adanya Indonesia yang sekarang kita kenal, banyak sekali kerajaan-kerajaan yang bermunculan serta peperangan antar wilayah yang menyebabkan keruntuhan kerajaan itu sendiri. Sesuai catatan sejarah, kerajaan tertua di Indonesia bernama Kerajaan Kutai yang terletak  di Kalimantan yang kemudian disusul dengan munculnya Kerajaan Tarumanegara yang ada di Jawa Barat serta kerajaan-kerajaan lainnya di wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Jawa, dan lain-lain. Dari perjalanan tersebut, muncullah kata “Nusantara” sebelum adanya Indonesia. Kata “Nusantara” pertama kali dicetuskan oleh Gadjah Mada yang saat itu menjabat sebagai Patih Hamangkubhumi pada Sumpah Palapa saat masa Kerajaan Majapahit. Saat ini kita dapat mengetahui kejadian-kejadian tersebut karena adanya bukti bendawi ataupun non-bendawi. Contoh bukti bendawi dapat berupa tulisan dan sisa-sisa bangunan yang ada, sedangkan non-bendawi dapat berupa cerita-cerita dari masyarakat terdahulu.  read more

Incoming search terms:

Kawasan Permukiman Kolonial “Villa Park Banjarsari” di Kota Solo

Oleh : Alifah Hanin Salsabila

Sebagai salah satu wilayah yang pernah dikuasai oleh kolonial Belanda, Kota Solo memiliki banyak peninggalan bercorak kolonial. Beberapa contoh peninggalan tersebut tampak pada ragam arsitektur kolonial yang diimplementasikan pada bangunan serta sistem tata letak area permukiman. Banyak peninggalan berarsitektur kolonial yang tersebar di penjuru Kota Solo. Beberapa yang terkenal di kalangan masyarakat Solo maupun wisatawan, antara lain Benteng Vastenburg, Rumah Dinas Walikota Surakarta Loji Gandrung, Omah Lawa (sekarang menjadi Heritage Batik Keris), serta klaster permukiman berdasarkan etnis (kawasan pecinan di daerah Pasar Gede, kampung Arab di daerah Kauman, dan perumahan etnis Eropa Loji Wetan). Salah satu kawasan yang memiliki potensi besar sebagai hasil pengaruh arsitektur kolonial, tetapi mungkin belum banyak dikenal adalah Villa Park Banjarsari. read more

Rekam Jejak di Atas Kanvas: Menerawang Sosok Ivan the Terrible melalui Lukisan

Oleh : Corinthia Gracia Maharani

Potret sebuah pembunuhan paling melankolis pernah menjadi kontroversi di skena seni  lukis Rusia. Lukisan tersebut pada akhirnya menjadi rekam jejak yang mempengaruhi cara  pandang banyak orang terhadap salah satu penguasa paling influensial di Rusia.  

Pada masa modern ini, rekam jejak termudah yang dapat diambil dan diakses oleh  banyak orang ialah fotografi. Fotografi, ditambahkan beberapa utas tulisan dan diunggah ke  internet, dapat menjadi rekam jejak digital yang dapat menguntungkan atau merugikan citra  seseorang di masyarakat. Namun pada abad ke-19 silam, lukisan menjadi salah satu media yang  populer dalam merekam kejadian. Lukisan, terutama yang beraliran naturalisme dan realisme, dapat menggambarkan suatu peristiwa secara mendetail dan menangkap kesan pribadi sang  pelukis dalam karyanya. Baik itu sekedar potret diri, pemandangan alam, lingkungan perkotaan, kisah heroik, hingga tragedi dapat menjadi bahan pencerita sejarah yang mudah  dicerna. Di dalam artikel ini akan dibahas bagaimana beberapa lukisan  dapat mengkonstruksi cara pandang masyarakat awam terhadap Ivan the Terrible, tsar pertama  Rusia.   read more

Incoming search terms: