[HIMAPEDIA] Menggali Jejak Kehidupan Ranu Grati

Gambar 1. Pemandangan Ranu Grati Sumber: ksmtour.com
Gambar 1. Pemandangan Ranu Grati.
(Sumber: ksmtour.com).

Ranu Grati dapat dikatakan sebagai salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Pasuruan. Danau yang memiliki luas 107 hektare ini terletak di antara 3 desa, yakni Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Ranu Grati merupakan danau yang terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik. Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang menyerupai corong besar dengan dasar yang dalam serta kandungan sedimen mineral di dalam airnya.

Nah, selain memiliki potensi yang besar sebagai objek pariwisata, kawasan Ranu Grati juga menyimpan potensi lain yang sangat layak untuk dikembangkan, yakni sebagai sumber ilmu pengetahuan, khususnya Arkeologi. Hal ini didasarkan pada banyaknya tinggalan arkeologi yang ditemukan di kawasan Ranu Grati. read more

Incoming search terms:

Mengenal Konservasi Artefak Logam

“Kita mengalami proses evolusi yang panjang mulai dari ditemukannya artefak batu sekitar 2,6 juta tahun yang lalu hingga artefak logam yang ditemukan sekitar 10 ribu tahun yang lalu. Temuan logam tersebut membuat sebuah peradaban baru bagi manusia. Apabila tidak ditemukannya logam mungkin kita masih berada di masa prasejarah”, tutur Harry Octavianus Sofian S.S., M.Sc sebagai pembicara dalam diskusi mengenai konservasi artefak logam yang didakan divisi P3M HIMA UGM, pada Hari Minggu 30 Agustus 2020. read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Satyawati Suleiman, Sang Arkeolog Wanita Pertama Bangsa Indonesia

Dra. Satyawati Suleiman (Sumber: http://kajanglako.com/id-9314-post-satyawati-suleman.html)
Dra. Satyawati Suleiman
(Sumber: kajanglako.com).

Dra. Satyawati Suleiman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Leman atau Ibu Yati merupakan seorang arkeolog wanita pertama di Indonesia. Meskipun seorang arkeolog wanita, akan tetapi beliau tidak bisa dianggap remeh begitu saja oleh peneliti-peneliti lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jasa Ibu Leman yang dikenal sebagai ahli ikonografi oleh peneliti lain. Karya yang paling terkenal dari beliau adalah buku yang berjudul Monuments of Ancient Indonesia. Buku ini diterbitkan di Jakarta pada tahun 1976 oleh Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Indonesia. read more

[HIMAPEDIA] Stasiun Kudus dalam Lintas Masa

Gambar 1. Stasiun Kudus tahun 1936 (Dok. Istimewa/Kabarpenumpang.com)
Gambar 1. Potret Stasiun Kudus tahun 1936 (Dok. Istimewa/kabarpenumpang.com)

Stasiun Kudus atau yang dikenal juga dengan nama Stasiun Wergu merupakan stasiun kereta api non-aktif kelas besar yang berada di Desa Wergu Wetan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Aset IV Semarang. Terdapat dua periode pembangunan jalur kereta di stasiun ini. Periode yang pertama adalah pembangunan jalur Jurnatan-Juwana, sedangkan yang kedua adalah jalur Kudus-Mayong. Keduanya berada di bawah naungan Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS). Jalur Demak–Kudus selesai pada tanggal 15 Maret 1884 dan dilanjutkan menuju Juwana pada tanggal 19 April 1884. Selanjutnya, dibangun jalur cabang menuju Mayong pada tanggal 6 September 1887. read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Randu: Tanaman Musiman yang Pernah Jaya pada Masanya

Menetesnya air hujan di bumi membuat tanaman Randu (Ceiba etandra) berbunga. Sedangkan dinginnya angin malam di musim kemarau membuat kulit buah pohon randu retak dan membuat isinya beterbangan kesana-kemari. Pada keadaan seperti itulah pohon randu sudah siap untuk dipanen. Untuk bisa memanen kapuk siap produksi, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Meski tergolong lama usia panennya, kapuk menjadi komoditas yang cukup menjanjikan pada masa Kolonial Belanda (pasca diberlakukannya cultur steelsel). read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Mengenal Amir Sutaarga, Bapak Museum Indonesia

Potret Amir Sutaarga. Sumber : http://colonialarchitecture.eu/
Potret Amir Sutaarga. Sumber : http://colonialarchitecture.eu/

Nama Mohammad Amir Sutaarga memang tidak populer, namun siapa sangka putra kelahiran Rangkasbitung 5 Maret 1928 merupakan pioner permuseuman di Indonesia. Anak sulung dari pasangan M. Ilyas Sutaarga dan Siti Mariah ini sebenarnya bercita-cita menjadi ahli perkapalan dan ingin menempuh pendidikannya di Belanda. Namun Amir, demikian panggilannya gagal mewujudkan keinginan tersebut akibat adanya perang yang pecah pada 5 Maret 1942. Semasa bersekolah di Taman Madya Yogyakarta, ia pun akhirnya memutuskan untuk bergabung ke dalam dunia militer. Bersama Uka Tjandrasasmita, teman karibnya, Amir bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berkat kecerdasannya, Amir muda ditugaskan pada bagian intelejen sebagai perwira penghubung dan pada tahun 1947 di usia 19 tahun telah menyandang pangkat kemiliteran Letnan Dua (Letda) dalam divisi Siliwangi. read more