[HIMAPEDIA] Satyawati Suleiman, Sang Arkeolog Wanita Pertama Bangsa Indonesia

Dra. Satyawati Suleiman (Sumber: http://kajanglako.com/id-9314-post-satyawati-suleman.html)
Dra. Satyawati Suleiman
(Sumber: kajanglako.com).

Dra. Satyawati Suleiman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Leman atau Ibu Yati merupakan seorang arkeolog wanita pertama di Indonesia. Meskipun seorang arkeolog wanita, akan tetapi beliau tidak bisa dianggap remeh begitu saja oleh peneliti-peneliti lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jasa Ibu Leman yang dikenal sebagai ahli ikonografi oleh peneliti lain. Karya yang paling terkenal dari beliau adalah buku yang berjudul Monuments of Ancient Indonesia. Buku ini diterbitkan di Jakarta pada tahun 1976 oleh Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Indonesia.

Buku Monuments of Indonesia yang ditulis oleh Dra. Satyawati Suleiman pada tahun 1976
(Sumber: www.goodreads.com)

Ibu Leman sendiri lahir di Bogor tanggal 7 Oktober, 1920 dan merupakan putri dari seorang bupati berdarah Sunda. Beliau berkuliah di jurusan arkeologi Universitas Indonesia dan mendapatkan gelar sarjana arkeologinya pada tahun 1953. Namun, ternyata beliau telah memulai karirnya sebagai peneliti di Dinas Purbakala sejak tahun 1948.

Walaupun beliau dikenal sebagai ahli ikonografi, pengetahuan beliau terhadap peninggalan-peninggalan masa lampau juga sangat luas. Pada tahun 1954, beliau bersama dengan R.P. Soejono, Uka Tjandrasasmita, Boechari, Basoeki, dan para arkeolog dari Belanda melakukan ekspedisi ke Sumatra, lebih tepatnya daerah Sumatra bagian selatan dan Jambi dengan tujuan untuk menelaah lebih dalam mengenai kerajaan Sriwijaya, khususnya tentang ikonografi di Sumatra.

Selama menjadi pegawai pemerintah, beliau pernah menjadi Atase Kebudayaan bagi negara Indonesia di New Delhi, India pada tahun 1958 hingga 1961. Selama di India, Ibu Leman juga banyak belajar tentang candi-candi yang kemudian menjadi pengetahuan penting bagi perkembangan ikonografi di Indonesia. Selain di India, beliau juga pernah menjadi Atase Kebudayaan di London, Inggris pada tahun 1961 hingga 1963. Dikarenakan hal itu pula, nama beliau menjadi lebih familiar dalam berbagai konferensi internasional.

Selama menjadi Duta Kebudayaan, Ibu Leman hanya pulang ke Indonesia dalam waktu-waktu yang penting saja. Walaupun begitu, beliau masih gemar menulis sebuah memoar untuk Jakarta Press. Tidak lama setelah itu, laporan mengenai kedatangan orang Jepang pada tahun 1942 yang beliau tulis telah diterbitkan di Indonesia.

Lalu, setelah selesai bekerja sebagai Atase Kebudayaan Negara Indonesia, Ibu Leman kembali ke Indonesia dan mendapatkan jabatan sebagai Kepala Bidang Arkeologi Klasik selama 10 tahun, dimulai dari tahun 1963 hingga 1973 pada Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) yang pada saat itu masih dipimpin oleh Soekmono. Pada tahun 1973, Ibu Leman bertugas sebagai penanggung jawab dalam Proyek Pemugaran Candi Borobudur sekaligus menggantikan Soekmono sebagai kepala LPPN dikarenakan Soekmono pada saat itu tengah sibuk dengan pekerjaannya yang lain, di luar dari pekerjaannya sebagai kepala LPPN.

Ibu Leman sendiri menjabat sebagai kepala LPPN mulai dari tahun 1973 hingga tahun 1977. Pada akhir masa jabatannya, lembaga ini pun berubah nama menjadi Pusat Penelitian dan Penelitian Nasional. Perubahan nama ini disebabkan oleh adanya pemisahan LPPN menjadi dua lembaga, yaitu Pusat Penelitian dan Peninggalan Nasional yang bertugas melakukan penelitian arkeologi, serta Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang bertugas melakukan perlindungan dan pemugaran. Dari kedua lembaga yang terpisah ini, jelas terdapat perbedaan baik itu dari tugas maupun wewenangnya.

Setelah selesai bertugas menjadi kepala LPPN, Ibu Leman masih bekerja menjadi Ahli Peneliti Utama di Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional pada tahun 1977 hingga 1985 dengan jabatan yang pada saat itu beliau pegang ialah sebagai Governing Board pada SEAMEO Project on Archaeology and Fine-Arts (SPAFA). Ibu Leman kemudian meninggal di Jakarta pada tanggal 26 Febuari, 1988.

Menurut O.W. Wolters pada tulisannya yang berjudul In Memoriam: Satyawati Suleiman, 1920-1988, sebelum meninggalnya Ibu Leman, beliau sempat bercerita kepada teman-temannya jika saat pensiun nanti beliau ingin mengisi waktu luangnya dengan merawat kolam ikan di rumahnya. Tetapi, seluruh temannya mengatakan jika Ibu Leman melakukan hal itu justru akan membuat beliau sangat cepat untuk bosan.

Untungnya saat beliau pensiun pada tahun 1985, beliau diberikan sebuah hak untuk mempertahankan kantornya di Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional. Ibu Leman pun memanfaatkan hak itu untuk menulis serta menolong sarjana-sarjana muda dalam membenahi artikel publikasi. Semenjak meninggalnya Ibu Leman, banyak orang yang tidak akan pernah melupakan kebaikan beliau serta akan selalu menghormati dan bersimpati kepada keluarga serta koleganya di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Tulisan karya :

Muhamad Duta AC Permana (Arkeologi 2019)

Editor :

Candrika Ilham Wijaya (Arkeologi 2019)

Hot Marangkup Tumpal (Arkeologi 2018)

 

Daftar Pustaka

Kempers, A.J. Bernet. 1986. “Untuk Bapak Guru”. Jakarta: PT Dwikarya Cipta.

Wolters, O. W. “In Memoriam: Satyawati Suleiman, 1920-1988.” Indonesia, no. 46, 1988, pp. 123–125. JSTOR, www.jstor.org/stable/3351048 . Accessed 15 Aug. 2020.

Hurahura. 2017. Soekmono dan Satyawati, Dua Arkeolog Pertama Bangsa Indonesia. https://hurahura.wordpress.com/2017/11/13/soekmono-dan-satyawati-dua-arkeolog-pertama-bangsa-indonesia/ (Diakses tanggal 14 Agustus 2020.)

Utomo, Bambang Budi. Tanpa tahun. Perintis Arkeologi, Beberapa Tokoh Peletak Dasar-Dasar Arkeologi Indonesia. http://arkenas.kemdikbud.go.id/page/profile/perintis-arkeologi#gsc.tab=0 (Diakses tanggal 14 Agustus 2020)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.