[HIMAPEDIA] Barang Antik: Maknanya Bagi Kolektor dan Arkeolog

 

Kehidupan manusia tidak terlepas dari benda-benda yang ada di sekitar mereka, baik yang telah disediakan oleh alam maupun yang mereka ciptakan sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki. Sejak dulu hingga sekarang, benda-benda tersebut membantu manusia dalam melakukan pekerjaannya. Seiring berkembangnya waktu, benda-benda yang digunakan mengalami perubahan mengikuti perkembangan kemampuan dan pengetahuan manusia. Benda-benda lama digantikan oleh benda-benda baru yang lebih baik dan efisien untuk digunakan. Lalu, apakah benda-benda lama yang sudah tidak dipakai lagi hilang ditelan zaman? Sebagian iya, sebagian lainnya tidak. Ada banyak benda-benda lama yang kemudian bertahan hingga masa sekarang meskipun fungsinya sudah beralih menjadi benda pajangan. Benda-benda ini yang kita sebut sebagai benda atau barang antik.

Barang antik sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu antiquus yang memiliki arti ‘tua’ atau ‘kuno’. Barang antik juga bisa dianggap sebagai barang yang memiliki nilai estetika atau nilai historis yang tinggi dan biasanya istilah barang antik digunakan untuk merujuk semua benda yang sudah tua yang mewakili era atau periode waktu tertentu di masa lampau. Terdapat dua profesi yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan barang antik ini, yaitu kolektor dan arkeolog. Kolektor adalah orang yang memiliki hasrat dalam melakukan koleksi barang antik sebagai suatu objek untuk dimiliki. Sedangkan, arkeolog merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang arkeologi. Lantas bagaimanakah seorang kolektor dan seorang arkeolog dalam melihat barang antik?

Bagi seorang kolektor, barang antik merupakan benda koleksi. Kegiatan koleksi barang antik merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menyalurkan hobi dan memenuhi kebutuhan tersier (mencari kepuasan dalam mengumpulkan barang antik). Semua orang dapat disebut sebagai kolektor bilamana melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang kolektor, yaitu mengoleksi barang antik. Biasanya kolektor akan fokus pada koleksi satu jenis barang saja, misalnya benda-benda kecil koin, keramik, perangko, atau juga dapat berupa benda-benda besar seperti mobil, motor, dan lain sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan jika terdapat beberapa kolektor yang mengoleksi berbagai macam jenis barang antik. Dari mana sajakah kolektor mendapatkan barang-barang antik untuk dikoleksi? Sebenarnya cukup mudah apabila seseorang hendak mengkoleksi barang antik mengingat tersedia banyak peluang dalam bisnis jual beli barang antik. Ada beberapa sumber para kolektor mendapatkan barang antik, yaitu pasar barang antik, lelang barang antik, warisan keluarga, dan lain sebagainya. Dengan melihat peluang dalam bisnis jual beli barang antik ini, tidak jarang banyak kolektor yang melihatnya sebagai peluang untuk melakukan investasi untuk masa depan selain sebagai sebuah hobi semata.

Dalam dunia arkeologi, apa yang disebut barang antik dalam tulisan ini dikenal sebagai artefak. Artefak adalah benda alam yang diubah oleh tangan manusia, baik sebagian maupun seluruhnya. Selain artefak, terdapat dua hal lagi yang menjadi fokus dalam kajian ilmu arkeologi, yaitu ekofak dan fitur (Sukendar dkk, 1999). Artefak merupakan data arkeologi yang digunakan oleh seorang arkeolog untuk menginterpretasikan dan menggali sejarah kebudayaan yang ada di baliknya. Arkeolog mencari artefak dengan melakukan ekskavasi. Ekskavasi adalah merupakan suatu teknik dalam pengumpulan data arkeologis yang dilakukan dengan cara penggalian tanah secara sistematik untuk mendapatkan dan menemukan data arkeologis di kedalaman tanah. Proses ekskavasi menjadi metode utama arkeolog dalam mengumpulkan data arkeologis untuk melakukan interpretasi. (Sukendar dkk,1999).

Meskipun, pada awalnya ilmu arkeologi dimulai dari pengumpulan barang-barang antik yang dilakukan oleh orang-orang eropa khususnya pada waktu itu (yang mana kita kenal dengan Antiquarian). Akan tetapi, ilmu arkeologi sudah jauh berkembang daripada sekadar mengumpulkan barang-barang antik seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir manusia. Walaupun bersinggungan dan memiliki objek yang sama. Namun, terdapat satu hal yang perlu digarisbawahi, yaitu kolektor belum dapat dikatakan sebagai seorang arkeolog walaupun Ia sudah mengoleksi banyak barang antik. Tetapi sebaliknya, arkeolog dapat dikatakan sebagai seorang kolektor jika melakukan kegiatan-kegiatan seorang kolektor (mengoleksi barang antik). Mulai dari cara mendapatkan hingga tujuan yang ingin dicapai tentu menjadi dinding pemisah yang membedakan seorang arkeolog dengan seorang kolektor.

Tulisan Karya:

Naufal Fakhri Azwar (Arkeologi 2018)

Editor:

Candrika Ilham Wijaya  (Arkeologi 2019)

Hot Marangkup Tumpal (Arkeologi 2018)

Daftar Pustaka

Nurhayatati. 2015. Karakteristik Kolektor Barang Antik: Suatu kajian Leisure Studies tentang Empat Elemen yang Mempengaruhi Kolektor Barang Antik. Universitas Airlangga.

Sukendar, H., dkk. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Susantio, Djulianto (2015). Sejarah Arkeologi. Diakses pada tanggal 3 Juli 2020. Diakses dari : https://ensiklopediarkeologi.wordpress.com/sejarah-arkeologi/

Incoming search terms:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.