[ARTEFAK CALL FOR PAPER AND OPEN SUBMISSION]

Halo teman-teman! Tim Artefak membuka kesempatan bagi teman-teman yang ingin berkontribusi dengan mengumpulkan karyanya pada majalah Artefak.

Adapun karya dapat berupa artikel (ilmiah dan populer), review, opini, dan foto esai dengan tema “Arkeologi Kematian”.

Pengumpulan karya dapat dilakukan dari 23 Juli – 20 Agustus 2020.

Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi narahubung berikut :

0877-0556-2670 (Lintang)
0898-5218-228 (Rafii)

Akun resmi sosial media HIMA FIB UGM:
Line: @zfk8988j
Instagram: @himaugm
Twitter: @HIMAUGM
Youtube: HIMA UGM
Website: hima.ugm.ac.id
_________
HIMA FIB UGM read more

Menyoal Arca Harihara Dieng

Gambar 1: Ilustrasi Hariharamurti
Robert Ryan, dalam https://robertryanofjudah.tumblr.com/post/125339633628/harihara-by-robert-ryan-2015-i-respectfully-pay

Tulisan karya : Antonius Satrio Wicaksono (Arkeologi 2018)

“Sivaya Visnu rupaya Siva rupaya Vaisnave. Sivasya hrdayam Visnu Visnocha hrdayam Sivah.”

Siwa dalam bentuk Wisnu dan Wisnu dalam bentuk Siwa. Hati Siwa serupa Wisnu dan hati Wisnu serupa Siwa.

Begitulah penggalan sloka yang bertalian dengan Hariharamurti. Manifestasi dewa Wisnu (Hari) dan dewa Siwa (Hara) dalam satu wujud individu[1].

Kultus akan dua dewa Trimurti yang eka rupa ini secara gamblang tampak dari eksisnya arca Harihara yang tersebar di seantero Asia. Termasuk Indonesia di mana salah satu arcanya ditemukan di Dieng, Jawa Tengah. read more

Mengenal Diatom dalam Kajian Arkeologi Mikroskopik

Tulisan karya : M. Dziyaul F. Arrozain (Arkeologi 2017)

Apa kesan kalian saat membaca kata “mikrofosil” di artikel-artikel arkeologi? Tidak dipungkiri sebagian dari kita telah familiar dengan beberapa jenis mikrofosil, seperti serbuk sari (pollen), pati (starch), dan bahkan fitolit (fitolit). Ketiga hal tersebut memang merupakan mikrofosil yang sering digunakan dalam riset arkeologi. Tapi tahukah kalian, selain ketiga mikrofosil tersebut ternyata juga ada mikrofosil lain yang ikut berperan signifikan dalam riset arkeologi? Iyaa, mikrofosil itu adalah diatom (diatom). read more

Incoming search terms:

[HIMAPEDIA] Barang Antik: Maknanya Bagi Kolektor dan Arkeolog

Kehidupan manusia tidak terlepas dari benda-benda yang ada di sekitar mereka, baik yang telah disediakan oleh alam maupun yang mereka ciptakan sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki. Sejak dulu hingga sekarang, benda-benda tersebut membantu manusia dalam melakukan pekerjaannya. Seiring berkembangnya waktu, benda-benda yang digunakan mengalami perubahan mengikuti perkembangan kemampuan dan pengetahuan manusia. Benda-benda lama digantikan oleh benda-benda baru yang lebih baik dan efisien untuk digunakan. Lalu, apakah benda-benda lama yang sudah tidak dipakai lagi hilang ditelan zaman? Sebagian iya, sebagian lainnya tidak. Ada banyak benda-benda lama yang kemudian bertahan hingga masa sekarang meskipun fungsinya sudah beralih menjadi benda pajangan. Benda-benda ini yang kita sebut sebagai benda atau barang antik. read more

Incoming search terms:

[Pengumuman Pemenang HIM-ART]

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba! Yap hari ini kami akan mengumumkan pemenang HIM-ART yang telah diadakan pada tanggal 15 Juni lalu dalam rangka memperingati Hari Purbakala ke-107. Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua partisipan yang telah meramaikan acara HIM-ART dengan karya-karya yang menarik. Dari banyaknya karya yang masuk, maka kami menetapkan 3 orang sebagai pemenang. Ketiganya adalah:

1. Kanisa Triyandari A.

Plengkung Gading karya Kanisa Triyandari A.
Plengkung Gading karya Kanisa Triyandari A.

2. Sinfan Najia

Candi Borobudur karya SInfan Najia.
Candi Borobudur karya SInfan Najia.

3. Elfira Nurcahyani P.

Museum  Bank Indonesia Yogyakarta karya Elfira Nurcahyani P.

Selamat kepada para pemenang! Bagi yang belum menang, tetap semangat dan tunggu HIM-ART selanjutnya ya! read more

[OPINI] Lempar Koin di Situs Kuno: Siapa yang Mata Duitan?

Ilustrasi lempar koin pada situs.
Ilustrasi lempar koin pada situs. (goldeneaglecoin.com)

Tulisan karya : Ardhias Nauvaly (Arkeologi 2018)

Beberapa waktu silam saya menyambangi salah satu landmark Kota Semarang yang masyhur akan nilai sejarah. Ya, Lawang Sewu. Seperti halnya lokasi bersejarah lain, selalu ada unsur yang mengikuti dan malah menjadi salah satu poin menarik dari situs tersebut. Itulah yang biasa disebut mitos. Entah mengapa, manusia selalu memandang masa lalu sebagai paruh waktu yang penuh kekuatan tak terjamah atau katakanlah, gaib. Mungkin ini bentuk pengakuan manusia akan ketidakmampuannya dalam mengunjungi masa yang sudah-sudah itu. Maka dari itu, manusia melimpahkan semua ketidaktahuannya dalam bentuk cerita atau mitos. Salah satu bentuk mitos di Lawang Sewu ialah barangsiapa yang melempar koin ke bunkernya maka––katakanlah––akan mendapat kesejahteraan. Saya pun coba lempar koin kesana. read more

Incoming search terms: