[HIMAPEDIA] Problematika Dalam Arkeologi Gender Menjadi Salah Satu Tujuan SDG

Secara umum, pengertian gender diartikan sebagai adanya suatu nilai dan simbol pembeda dalam lingkungan masyarakat, dengan lahirnya suatu individu yang dapat dibedakan secara biologis, yaitu laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat dari segi maskulinitas dan feminitas. (Saptari dan Holzner 1997:21). 

Topik pembahasan tentang gender ini mulai menarik perhatian pada tahun 1970-an dalam studi arkeologi sejak adanya pengaruh feminisme, dan bahkan menjadi sub disiplin dalam bidang keilmuan arkeologi sekitar tahun 1980-an dengan ilmu yang berjudul “Arkeologi Gender” (Johnson 2000:118) yang mana pembahasan terhadap ilmu ini lebih menitik beratkan terhadap peran, aktivitas, identitas yang ada pada laki-laki dan perempuan, serta membahas tentang perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi sosial dan biologis dalam suatu masyarakat (Renfew dan Bahn  2005:127; Gilrischt 1997:2)           read more

[OPINI] Lempar Koin di Situs Kuno: Siapa yang Mata Duitan?

Ilustrasi lempar koin pada situs.
Ilustrasi lempar koin pada situs. (goldeneaglecoin.com)

Tulisan karya : Ardhias Nauvaly (Arkeologi 2018)

Beberapa waktu silam saya menyambangi salah satu landmark Kota Semarang yang masyhur akan nilai sejarah. Ya, Lawang Sewu. Seperti halnya lokasi bersejarah lain, selalu ada unsur yang mengikuti dan malah menjadi salah satu poin menarik dari situs tersebut. Itulah yang biasa disebut mitos. Entah mengapa, manusia selalu memandang masa lalu sebagai paruh waktu yang penuh kekuatan tak terjamah atau katakanlah, gaib. Mungkin ini bentuk pengakuan manusia akan ketidakmampuannya dalam mengunjungi masa yang sudah-sudah itu. Maka dari itu, manusia melimpahkan semua ketidaktahuannya dalam bentuk cerita atau mitos. Salah satu bentuk mitos di Lawang Sewu ialah barangsiapa yang melempar koin ke bunkernya maka––katakanlah––akan mendapat kesejahteraan. Saya pun coba lempar koin kesana. read more

Incoming search terms: