[INFOGRAFIS] Duka Radya Pustaka
Banyak yang baru menyadari bahwa suatu hal memiliki nilai yang amat penting ketika hal tersebut terlebih dahulu hilang. Tak terkecuali dengan kasus kritisnya Museum Radya Pustaka Surakarta dari ancaman penggusuran dari sang pemilik.
Apatisme publik pun masih menjadi problem yang masih menyelimuti. Padahal keberadaan museum ini begitu penting mengingat banyaknya kontribusi yang diberikan oleh Radya Pustaka yang didaulat sebagai ‘museum tertua’ di Indonesia. Bagaimana kronologi cerita duka penggusuran Radya Pustaka? Simak baik-baik yuk!
-
Jalan panjang museum ini pun bermula ketika resmi didirikan oleh KRA Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890
-
Seiring waktu yang terus berlalu, dinamika museum yang terletak di Taman Sriwedari ini pun penuh lika-liku
-
Kasus yang terkenal adalah adanya penjualan koleksi yang malah dilakukan oleh kepala museum Radya Pustaka sendiri, sungguh fakta yang memilukan bukan?
-
Meskipun demikian, saudara tua Museum Sonobudoyo Yogyakarta ini juga sempat bangkit dan kembali menunjukkan ‘gairah’-nya
-
Namun, belum sempat tunjukkan taringnya secara sempurna, Radya Pustaka harus berhadapan dengan gugatan yang akhirnya malah menjadi titik nadir bagi keberlangsungan hidupnya
-
Beragam koleksi dengan nilai historis tinggi pun menunggu untuk diselamatkan dari ancaman penggusuran
-
Jangan sampai apa yang ditanam oleh pendahulu sirna begitu saja, tanpa adanya upaya penyelamatan. Apakah kita mau dicap sebagai generasi yang gagal menjaga tinggalan nenek moyang?
-
Kepedulian terhadap masalah seperti ini memang harus lebih ditanamkan, mengingat pentingnya jejak peninggalan nenek moyang bagi generasi masa depan
Museum dan koleksinya merupakan benang merah pengait antar peradaban.
Kini tongkat estafet telah sampai di tangan, mari kita jaga dan langgengkan museum bak kita menjaga kenangan manis yang kita punya. Salam perjuangan!
Mari dukung dengan menandatangani petisi ini !
Editor : Candrika Ilham Wijaya (Arkeologi 2019)