[HIMAPEDIA] Arsitektur Masjid Menara Kudus dalam Bingkai Akulturasi Nusantara
Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)
Masjid Menara Kudus adalah kompleks yang menempati lahan seluas sekitar 0,5 hektar, di mana, di samping bangunan masjid, ada juga menara batu, dan makam Sunan Kudus beserta gerbangnya. Masjid ini dikelilingi oleh dinding bata setinggi 2 meter. Keunikan Masjid Menara Kudus adalah keberadaan menara bangunan yang menyerupai bangunan candi. Sebagai tambahan, Masjid ini juga memiliki gerbang bentar dan kori (Ashadi, 2017)
Menara Masjid
Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)
Menara Kudus adalah menara yang awalnya digunakan untuk adzan, dengan bentuk yang unik. Gaya bangunan menara tersebut terlihat jelas menunjukkan pengaruh bentuk bangunan candi Hindu-Jawa. Indikasinya, seperti bangunan candi Hindu pada umumnya, struktur bangunan menara masjid ini terdiri dari tiga bagian, yakni: kaki, badan, dan puncak bangunan (Triyanto et al., 2019). Bahan bangunan yang digunakan oleh menara adalah batu bata dengan pelat porselen di dinding. Menara tingginya sekitar 18 meter dengan luas 100 m2(Anisa & Lissimia, 2020). Sedangkan bagian dasar bangunan menara memiliki ukuran 10 x 10 m. Di sekeliling dinding bangunan menara, terdapat tempelan ornamen berupa hiasan piring-piring sebanyak 32 buah. Motif hias dalam piring-piring tersebut yang berwarna biru berjumlah dua puluh itu menggambarkan beberapa motif hias flora dan fauna. Sisanya yang dua belas hiasan piring berwarna merah dan putih diisi dengan motif hias bentuk stilasi bunga (Triyanto et al., 2019).
Bagian kaki menara dari pasangan bata tanpa perekat memiliki tiga pelipit yang tersusun menjadi satu; bagian tengah merupakan bagian yang menonjol; dan bagian atas terdiri dari beberapa susunan yang makin ke atas makin melebar. Tubuh menara bagian bawah merupakan pelipit besar dan tinggi yang terbagi dua oleh sebuah bingkai tebal; bagian tengah berbentuk persegi yang ramping dengan dinding pada sisi utara, timur, selatan terdapat sebuah relung yang kosong, dan pada sisi barat terdapat pintu masuk dari kayu untuk masuk ke sebuah bilik, bagian atas terdiri dari susunan pelipit mendatar yang makin ke atas makin panjang dan melebar. Hiasan yang terdapat pada bagian tubuh berwujud bentukan berpola geometris, mangkok porselin bergambar dekorasi yang dipasang secara selang-seling bentukan berdekorasi silang.
Puncak Menara terdapat ruangan berlantai papan yang ditopang empat tiang kayu bertumpu pada lantai papan berlapis. Ruangan tersebut digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan dan juga terdapat sebuah bedug di dalamnya. Pada salah satu tiang terdapat inskripsi yang ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagad.
Masjid Al-Aqsha
Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)
Terdapat 2 jenis atap yang digunakan pada Masjid Al-Aqsha. Bagian atap yang utama terdiri dari tajug dua tingkat dengan empat kolom yang menopangnya kemudian atap kubah pada bagian serambi. (Salim et al., 2019). Lalu, bentukan atap serambi masjid berupa atap kubah besar disertai dengan bentukan 2 buah kubah kecil dan bentukan-bentukan setengah lingkaran dengan patahan di tengahnya merupakan ciri khas gaya arsitektur Mughal India (Aisy, n.d.)
Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)
Pada bagian serambi Masjid Menara Kudus, dijumpai bangunan gapura paduraksa. Oleh warga setempat gapura paduraksa, yang berbentuk gapura bergaya arsitektur Hindu, disebut dengan istilah lawang kembar (pintu kembar). Bangunan pendukung lain yang ada dalam kompleks masjid ialah pancuran untuk wudhu berjumlah delapan buah. Jumlah itu dipandang mengadaptasi ajaran Budha delapan jalan kebenaran atau disebut dengan istilah asta sanghika marga.
Sumber: Rama A.A. Pratama (HIMA)
Pintu pada bangunan Masjid Menara Kudus ini terdapat 2 jenis. Jenis yang pertama yaitu pintu ganda dengan dua buah daun pintu yang merupakan salah satu ciri khas pintu pada gaya arsitektur Hindia Belanda serta pintu jenis kedua yaitu pintu ganda dengan sistem geser dan menggunakan material kaca transparan yang memiliki jenis gaya arsitektur Mughal India. Jendela pada bangunan masjid ini memiliki gaya arsitektur Hindia Belanda (Anisa & Lissimia, 2020; Kuffa, 2018). Selain itu, beberapa jenis ornamen ditemukan pada dinding bangunan berupa bentukan stilisasi tanaman sulur-suluran berbahan batu alam berwarna putih kecoklatan. Selain itu, mimbar pada masjid ini memiliki gaya arsitektur yang identik dengan mimbar-mimbar yang dibangun oleh walisongo dalam hal ini ialah Syekh Ja’far Shodiq/Sunan Kudus (Aisy, n.d.). Selain itu, pada sisi kiri dan kanan terdapat dua buah tongkat dengan bendera.
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa kompleks Masjid Menara Kudus sangatlah unik. Keunikan tersebut dikarenakan akulturasi dari berbagai budaya yang terdapat di dalamnya. Hal tersebutlah yang membedakan kompleks Masjid Menara Kudus dari kompleks masjid lainnya.
Ditulis Oleh : Rama Arbi Armanda Pratama
Editor : Maisy Pramaisella
Daftar Pustaka
Aisy, R. (n.d.). Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus ( Masjid Menara Kudus ) Jawa Tengah.
Anisa, A., & Lissimia, F. (2020). Indonesia The influence of historic buildings existence on economic development and regional arrangement. https://doi.org/10.1088/1755-1315/452/1/012018
Ashadi. (2017). Correlation Between the Mosque and Traditional House Architecture in Kudus , Indonesia. November.
Kuffa, A. (2018). Karakteristik Arsitektur di Kota Lama Kudus. July. https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.155-164
Roesmanto, T. (2013). Rupa bentuk menara masjid kudus, bale kulkul dan candi. 27(11), 28–35.
Salim, M. R., Thahir, A. R., & Iskandar, J. (2019). Arsitektur Islam pada Bangunan Masjid Kudus , Yogya and Aceh. September, 239–244.
Triyanto, Sugiarto, E., & Pratiwinindya, A. (2019). Masjid Menara Kudus : Refleksi Nilai Pendidikan Multikultural pada Kebudayaan Masyarakat Pesisiran. XIII(1).