Film Moana (2016): Representasi atas Migrasi, Kolonialisme,  dan Tradisi Bangsa Polynesia

Oleh: Nasywa Rida Nathania

 

Gambar 1. Poster Film Moana (2016)
(Sumber: imdb.com)

Film Moana adalah salah satu film animasi Disney yang melejit pada masanya, bahkan masih sering ditonton hingga masa kini. Film ini rilis pada tahun 2016 dan telah mendapatkan sejumlah 22 penghargaan dan 90 nominasi dalam berbagai ajang kompetisi film, khususnya bidang film animasi terbaik. Film ini bercerita tentang Moana, seorang putri dari kepala suku Motunui, Chief Tui, yang dipilih oleh lautan untuk mengembalikan “jantung” dewi Te Fiti. Jantung tersebut dicuri oleh Maui, yaitu demigod atau makhluk setengah manusia—setengah dewa. Tujuan Moana untuk mengembalikan jantung tersebut adalah untuk menyelamatkan orang-orang di tempat tinggalnya.

Film Moana tidak hanya berupa cerita fantasi dan fiksi belaka, tetapi juga bersumber dari mitologi kuno bangsa-bangsa di peradaban Pasifik–Oseania. Bangsa-bangsa tersebut adalah Hawaii, Mangareva, Tahiti, Tonga, Samoa, dan Polinesia. Khusus dalam film ini, bangsa yang dimaksud adalah bangsa Polinesia di Samoa. Sejak dahulu, bangsa ini dikenal sebagai Vikings of the Sunrise, sebab kemampuannya dalam menjelajahi lautan sejak masa prasejarah. Perlu diketahui bahwa sejarah awal pendudukan kepulauan bangsa Polinesia bermula dari Kepulauan Samoa dan Tonga pada 3,500 tahun yang lalu.  Kedua kepulauan ini disebut sebagai Polinesia sisi Barat. Mereka datang dari Asia Tenggara dalam kelompok kecil dan hidup di pulau-pulau ini dengan keadaan terisolasi selama 2.000 tahun. Di sana, mereka mengembangkan identitas kebudayaan yang unik. Kemudian, mereka baru menjelajah ke timur dan menemukan Kepulauan Tahiti dan Marquesas. Dari homeland atau tanah asal itu mereka kemudian menjelajah ke Samudra Pasifik dan menghuni Rapa Nui, Selandia Baru, dan Hawaii pada 1.500 hingga 500 tahun yang lalu.

Jeda 2.000 tahun yang dimaksud di atas disebut sebagai ‘Long Pause’ dalam sejarah penjelajahan bangsa Polinesia. Tidak ada yang tahu pasti mengenai penyebabnya. Akan tetapi, tidak ada juga yang tahu mengenai pemicu bangsa Polinesia kembali melakukan penjelajahan samuderanya setelah 20 abad terisolasi. Namun, dalam hal ini Disney mengembangkan imajinasi bahwa Long Pause disebabkan oleh masyarakat Polinesia, yang saat itu menghuni Pulau Samoa, mempercayai adanya taboo (sebuah kata dari bahasa Tonga). Ada juga larangan berlayar melampaui batas terumbu karang di pulau yang mereka huni. Namun, larangan ini dipatahkan oleh Moana dan Maui sebagai penjelajah pertama setelah jeda 2.000 tahun. Keduanya menggunakan kapal kano tradisional Polinesia yang bercadik dan menggunakan layar. Kapal itu disebut dengan wa’a kaulua. Dalam pelayarannya, Moana tidak menggunakan teknologi peta atau kompas, melainkan dengan kemampuannya dalam memahami perbintangan, cakrawala, bahkan juga melalui rupa dan nuansa gelombang laut yang dilayarinya. Dari suksesnya misi Moana untuk mengembalikan jantung Te Fiti itu lah yang menggerakkan masyarakat Polinesia untuk kembali melakukan penjelajahan Samudra dan melakukan penghunian di banyak kepulauan lain di Polinesia sisi Timur. 

Maui, seorang demigod seperti yang telah disinggung sebelumnya merupakan legenda yang berkembang di Polinesia. Maui dianggap berperan dalam kisah penciptaan di kehidupan mereka.  Penggambaran Maui dalam film Moana (2016) sedikit mirip dengan yang dipercayai oleh penduduk asli, akan tetapi memiliki perbedaan yang mencolok pada bentuk tubuh dan adanya rambut yang digerai. Dalam mitologi dan legenda di Polinesia, Maui digambarkan memiliki tubuh yang relatif langsing, berotot, dan tidak memiliki rambut (botak) atau rambutnya diikat kencang di puncak kepala. Namun, dalam film ini, Maui dianimasikan memiliki tubuh yang obesitas dan memiliki rambut yang panjang, keriting, serta di gerai. Meskipun demikian, selain daripada perbedaan tampilan fisik Maui di dalam film tersebut, ada pula beberapa persamaan. Yang pertama, yaitu persamaan tato yang ada di tubuh Maui serupa dengan yang ada di gerabah Herculean. Kemudian, persamaan peran Maui sebagai pembuat kepulauan. Maui di film Moana juga sengaja membuat pulau-pulau dengan siasat mengajak saudara-saudaranya untuk memancing. Beberapa pulau itu membentuk Kepulauan Hawaii dan banyak pulau lainnya.

Gambar 2. Plenggambaran Maui versi tradisional versus animasi Disney Moana (2016) (Sumber: www.buzzfeed.com)
Gambar 2. Penggambaran Maui versi tradisional versus animasi Disney Moana (2016)
(Sumber: www.buzzfeed.com)

Mitologi Maui yang lainnya juga nampak pada tato yang ada di tubuh Maui, yaitu Maui menahan matahari dengan sebuah tali dari rambut saudara perempuannya agar tidak terlalu cepat terbenam. Hal ini berkaitan dengan peran Maui dalam mitologi sebagai penjaga agar hari menjadi lebih panjang. Selain itu, lagu “You’re Welcome” pada film Moana memiliki lirik yang relevan dengan mitologi yang ada di Polinesia. Maui sebagai demigod telah banyak membantu manusia secara konsisten, jadi lagu tersebut merupakan balasan atas ucapan terima kasih dari manusia yang dibantunya. Atribut alat senjata yang dipegang oleh Maui di film tersebut juga sesuai dengan mitologi yang berkembang. Maui dianimasikan membawa kail pancing berukuran besar, berwarna putih, dan terbuat dari tulang rahang yang ia ambil dari Muri-ranga whenua, nenek moyangnya. Di versi lain mitologi, kail pancing ini digunakan untuk mengalahkan matahari agar tidak cepat-cepat tenggelam.

Selain daripada Maui, terdapat beberapa detail dari film Moana yang memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakat Polinesia. Rumah tradisional fale yang ada di film tersebut merepresentasikan kebudayaan masyarakat Polinesia. Rumah fale memiliki karakteristik berbentuk melingkar dengan tiang-tiang kayu yang menopang atap berbentuk kubah melengkung dan tidak memiliki dinding. Fale memiliki fungsi yang berbeda-beda karena fale merupakan kata umum untuk mengacu pada bentuk rumah di Polinesia. Kegunaan dari fale sendiri bermacam-macam, yaitu dapat sebagai rumah keluarga, rumah tamu, bahkan tempat rapat atau pusat kebudayaan. Fale dalam film ini digunakan sebagai tempat kepala suku memberi titah dan pendongeng membacakan cerita bagi anak-anak. Ada pula representasi atas tradisi tato yang disebut dengan pe’a dan malu. Pe’a adalah tato yang dimiliki oleh lelaki. Dalam film Moana, pe’a dimiliki oleh Chief Tui selaku ketua suku. Tato tersebut ditorehkan pada bagian tubuh dari pinggang hingga lutut menggunakan peralatan tato tradisional. Sementara itu, malu adalah tato yang dimiliki oleh Perempuan, yang dalam film ini dimiliki oleh ibu dari Moana selaku istri dari ketua suku Tui. Tato malu memiliki bentuk yang lebih simpel, akan tetapi sama-sama memiliki makna yang dalam. 

Atribut hiasan kepala tradisional Samoa juga turut hadir dalam film Moana. Hiasan kepala ini bernama tuiga dan dipakai oleh kepala adat dan anak-anaknya saat upacara dan acara penting lainnya. Tuiga merepresentasikan status dari keluarga yang mengenakannya. Selain itu, atribut kalung yang terbuat dari gigi, tulang, dan cangkang kerrang juga diperlihatkan dalam film tersebut. Kalung-kalung ini digunakan untuk menunjukkan status dari kepala suku dan orang-orang berkuasa yang memakainya. Salah satu masakan yang dimasak pada film ini juga merepresentasikan tradisi bangsa Polinesia, khususnya palusami. Makanan tersebut terbuat dari santan yang dibungkus dengan daun talas, dan selanjutnya dimasak di dalam umu. Umu adalah sebutan bagi oven terbuka dengan teknik memasak makanan menggunakan batu yang dipanaskan dengan api. Dalam film Moana, seorang tua dianimasikan sedang memasak palusami di halaman rumahnya. 

Selain mitologi Maui, ada pula beberapa simbolisasi dari tradisi spiritual di Polinesia yang direpresentasikan dalam film Moana. Gramma Tala atau tokoh nenek dalam film ini digambarkan berwujud ikan pari manta merupakan representasi atas aumakua, yaitu leluhur yang bereinkarnasi dengan wujud fisik tertentu untuk membimbing dan melindungi keturunan mereka. Representasi dari mitologi Hawai mengenai pertarungan antara api dan air. Pada film ini, tokoh Moana dengan bantuan lautan berusaha melawan Te Kā, yaitu Te Fiti yang murka karena jantungnya diambil Maui. Te Kā menyemburkan api dan lava ke lautan. Yang terakhir, film Moana mengangkat representasi dari tradisi Māori hongi, yaitu sebuah gestur tubuh dengan saling menempelkan hidung dan dahi. Pada film juga gestur hongi disampaikan oleh Moana kepada Te Kā, hingga akhirnya berubah menjadi Te Fiti, seorang dewi dengan kekuatan kehidupan. Gestur ini juga disampaikan Moana sebagai ungkapan terima kasih kepada Te Fiti.

Kedatangan kapal Hokule’a pada tahun 1976 di Hawai (Sumber: smithsonianmag.com
Gambar 3. Kedatangan kapal Hokule’a pada tahun 1976 di Hawai
(Sumber: smithsonianmag.com)

Jadi, representasi film Moana atas migrasi, kolonialisme, dan tradisi bangsa Polinesia, khususnya Samoa ternyata cukup identik. Apabila dikaitkan dengan tinggalan arkeologis, masih banyak fale yang dibangun sejak zaman dahulu dan masih digunakan hingga saat ini. Selain itu, usaha untuk merekonstruksi asal muasal migrasi dan kolonialisme bangsa Polinesia dilakukan oleh sejumlah ilmuwan pada tahun 1976. Kapal kano penjelajah bernama Hōkūleʻa dibuat untuk membuktikan keberhasilan navigasi tradisional kapal. Tujuan lainnya adalah untuk menghidupkan kembali tradisi pelayaran samudera, sekaligus untuk memahami waktu terjadinya kolonialisme di wilayah Kepulauan Polinesia.  

 

Referensi:

Imdb.com. (2016). Moana. Diakses pada 23 Oktober 2023, dari https://www.imdb.com/title/tt3521164/mediaviewer/rm618728448/?ref_=tt_ov_i

Parkes, Veronica. (2017). Disney ALMOST Got It Right: From Moana to Mayhem, The Mythology Behind the Real Maui. Diakses pada 23 Oktober 2023, dari https://www.ancient-origins.net/myths-legends/disney-almost-got-it-right-moana-mayhem-mythology-behind-real-maui-007674

Potier, Laura. (2020). Moana: The Polynesian Origins & Real Life Inspirations Explained. Diakses pada 23 Oktober 2023. Dari https://screenrant.com/moana-polynesian-origin-real-life-inspiration-explained/

Sloss, Morgan. (2022). As A Polynesian Woman, I Absolutely Loved These Small Details in “Moana”. Diakses pada 23 Oktober 2023, dari https://www.buzzfeed.com/morgansloss1/moana-polynesian-details

Terrell, J. E. (2011). Recalibrating Polynesian prehistory. Proceedings of the National Academy of Sciences108(5),1753-1754. https://www.smithsonianmag.com/smithsonian-institution/how-story-moana-and-maui-holds-against-cultural-truths-180961258/

Incoming search terms:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.