EKSPLORASI LUAR ANGKASA SEBAGAI BAGIAN DARI ARKEOLOGI

Oleh Ahmad Zaki

Berbicara mengenai temuan arkeologi yang berada di atas permukaan bumi memang tiada habisnya, panjangnya perjalanan waktu umat manusia sejak kemunculannya di muka bumi ini menyisakan banyak tinggalan budaya yang perlu dipelajari dan dilestarikan kepada generasi penerus kita. Sejak dahulu kala umat manusia ditakdirkan untuk mencari banyak hal baru demi memudahkan kelangsungan hidupnya hal ini dapat terlihat dengan berbagai usaha manusia dalam menciptakan alat yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-harinya. Revolusi kognitif menjadi jawaban bagi umat manusia yang terus berkembang seakan-akan menyempurnakan kembali apa-apa yang sudah ada, hal tersebut terlihat dari teknologi alat batu (lithic) yang awalnya tampak sederhana kemudian semakin berkembang dan kompleks tentu hal ini tak lain adalah bukti dari adanya perkembangan kognitif umat manusia.

Arkeologi luar angkasa yang akan dibahas pada tulisan ini bukanlah kumpulan konspirasi yang sering kali dikaitkan dengan berbagai situs arkeologi yang ada di berbagai belahan dunia, yang dimana pada umumnya selalu disangkut pautkan dengan keberadaan makhluk ekstraterestrial serta adanya bangunan-bangunan bersejarah nan megah seperti Piramida Giza dari Peradaban Mesir Kuno. Namun arkeologi luar angkasa yang dibahas kali ini ialah tinggalan budaya umat manusia yang berada di luar angkasa. Sebelum mengawali hal tersebut penulis merasa kita harus menyamakan paradigma berpikir terlebih dahulu tentang apa itu Arkeologi dan berbagai unsur pelengkapnya agar kemudian para pembaca baik dari kalangan Arkeologi dan non-arkeologi dapat memahami tulisan ini dengan baik.

Dimulai dari pertanyaan mendasar “Apa itu Arkeologi?”. Arkeologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan proses kehidupannya berdasarkan sisa kehidupan dan kegiatan yang ditinggalkan (Yuwono, 2013). Sisa-sisa kehidupannya tersebut di dalam dunia arkeologi umumnya dikenal sebagai temuan arkeologi yang kemudian diklasifikasikan kembali menjadi 3 yakni artefak, ekofak, dan fitur yang masing-masing akan penulis jelaskan kemudian. tetapi pada tulisan ini kita hanya mengambil dua bentuk temuan arkeologi saja yaitu artefak dan fitur. Artefak adalah temuan arkeologi yang dimana objek tersebut mengalami perubahan, pembuatan, serta pemanfaatan bagi aktivitas manusia (Yuwono, 2013). Biasanya artefak menjadi benda yang dipakai oleh manusia contohnya adalah adanya alat batu, manik-manik perhiasan, dan berbagai macam gerabah terakota, kata kunci pada temuan arkeologi berjenis artefak ini adalah adanya perubahan oleh manusia, selanjutnya adalah fitur yang merupakan temuan arkeologi yang bersifat tidak dapat dipindah alhasil temuan arkeologi yang satu ini hanya dapat dibiarkan di tempat dimana ia berada sedari awal (in situ). Contohnya berupa gambar cadas prasejarah yang terdapat di gua-gua pegunungan karst, struktur bangunan kuno, dan sisa-sisa jejak kaki manusia prasejarah.

Setelah memahami apa itu arkeologi beserta unsur pendukungnya yang dimana pada tulisan ini hanya akan fokus pada penggunaan artefak dan fitur, kita dapat memahami bahwasanya data arkeologi dapat kita temukan dimana saja dan kapan saja terlepas dari sifat umum kekunoannya, maksudnya ialah data arkeologi tidak hanya berupa tinggalan-tinggalan masa lampau yang memiliki usia sangat tua melainkan dapat kita amati dari benda yang kita buang lalu menjadi sampah dan kemudian disebut sebagai temuan arkeologi.

Pada kajian arkeologi luar angkasa kita memiliki banyak temuan arkeologi berupa artefak dan fitur yang tersebar di atas permukaan bulan, diantaranya adalah modul penurunan bulan, kamera, bendera, bahkan jejak kaki astronot yang berhasil menginjakkan kaki di sana. Tentu hal-hal tersebut menjadi kajian yang menarik bagi arkeologi sendiri, karena sifatnya yang memiliki sejarah otentik bagi umat manusia sehingga perlu adanya perlindungan dari ancaman kerusakan di masa yang akan datang.

Gambar 1 : Sampah Luar Angkasa, https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700×465/photo/2022/03/09/sampah-luar-angkasajpg-20220309094322.jpg
Gambar 2 :https://1.bp.blogspot.com/-9h-dZuCI398/TqgALqf7S2I/AAAAAAAAAAM/rhmKmYjLYig/s1600/DSC00144.JPG

Kedua hal tersebut menunjukkan sisa-sisa aktivitas manusia pada masa lalu, sampah dapur (kjokkenmoddinger) berupa tumpukkan kerang yang menunjukkan dan memberitahukan kepada kita bahwasanya manusia pendukungnya mengonsumsi kerang sebagai salah satu sumber makananya di masa lalu, dengan konsep yang sama jika kita terapkan pada sampah luar angkasanya yang umumnya berasal dari fragmen-fragmen satelit yang hancur kemudian mengorbit bumi dalam jangka waktu yang lama menunjukkan pula kepada kita bahwasanya hal tersebut merupakan temuan arkeologi yang tentunya berasal dari hasil aktivitas budaya manusia berupa artefak sebagai alat bantu manusia dalam berkomunikasi satu sama lain.

Gambar 3 :https://ichef.bbci.co.uk/news/800/cpsprodpb/001A/production/_120662000_p1120375.jpg
Gambar 4 : https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/ka1grIVUwazq-WpLCRj6RKfh0OM=/673×379/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2849778/original/049501800_1562753864-Apollo_11_bootprint__1_.jpg

Maka dari itu penulis menganggap berbagai benda yang ditinggalkan baik di permukaan bulan ataupun melayang-layang di ruang hampa udara luar angkasa merupakan bagian dari sisa-sisa aktivitas manusia sehingga dapat dikatakan sebagai temuan ataupun objek arkeologi yang harus dijaga sehingga dapat dipelajari oleh generasi penerus kita.

 

Daftar Pustaka
Yuwono, J. (2013). Paradigma, Karakter, Dan Data Arkeologi. Yogyakarta: Arkeologi UGM.

Gorman, A. (2019). Dr Space Junk vs the universe: archaeology and the future. (Alice Gorman).            NewSouth Publishing University of New South Wales Press Ltd University of New South Wales Sydney NSW 2052 AUSTRALIA.