Bersama Roemah Toea: Pembersihan Stasiun Maguwoharjo

Sabtu, 29 Maret 2014 -Rombongan kecil warganing HIMA berangkat menuju stasiun Maguwoharjo, yang kini sudah tak lagi aktif sejak 2006. Rombongan yang berisikan Hendry dkk ini, diundang sebuah komunitas pecinta sejarah kereta api bernama Roemah Toea. Sebuah komunitas yang sebelumnya telah menggelar pameran perkembangan perkereta apian di Bentara Budaya Yogyakarta beberapa minggu sebelumnya, untuk melakukan kegiatan pembersihan di stasiun Maguwoharjo. Berbekal peralatan kebersihan yang apa adanya, Himpunan Mahasiswa Arkeologi berkolaborasi dengan Komunitas Roemah Toea.

Pembersihan stasiun maguwoharjo dimulai pada pukul 09.00 pagi. Masih belum hilangnya dampak letusan gunung kelud pada 13 Februari lalu, membuat stasiun bersejarah ini belum terlepas dari tumpukan abu vulkanik. Meski begitu, bangunan ini sudah dilakukan beberapa kali pembersihan sebelumnya. Jika dilihat, sepertinya penyelesaian masalah kebersihan pascaerupsi kelud di stasiun ini termasuk yang sangat lambat. Bahkan konservasi bangunan bersejarah ini terbilang buruk. “sebenarnya dulu keramik stasiun ini masih bagus, tetapi malah diganti dengan keramik putih yang malah membuat jelek”, jelas Hendri, salah seorang warganing HIMA yang mengikuti kegiatan tersebut.

Selain melakukan pembersihan “terakhir” dari tumpukan abu vulkanik, duet HIMA dan Roemah Toea juga saling berbagi cerita dan pengalaman bersama salah seorang anak dari mantan kepala stasiun tersebut. Beliau bernama Pak Edi, anak dari Pak Narso sang mantan kepala stasiun Maguwoharjo. Menurut cerita, bangunan sekitar stasiun itu juga merupakan warisan-warisan sejarah kolonial yang kini sudah meluruh menjadi reruntuhan. Namun, entah mengapa tanah yang dikerubungi reruntuhan itu sekarang menjadi banyak incaran berbagai pihak. Ada reruntuhan rumah Pak Narso, Pohon Kamboja, Perkuburan orang belanda, dan lain sebagainya.

1979596_307060392778424_551054210_n22

10155705_307060889445041_1169616979_n

Menginjak pukul 14.00 siang. Kegiatan pembersihan ini selesai dilakukan. Mungkin bermula dari kegiatan ini, ikatan antara HIMA dengan komunitas Roemah Toea bisa semakin terjalin kuat sebagai pelestari dan pengkaji warisan budaya-warisan sejarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.