TRADISI LUTUNGAN DI DESA TONALAN

Oleh: Ardia Shiva Laras Pramesti

Sumber Gambar: https://kaltara.tribunnews.com/2022/11/06/nutu-luntungan-tradisi-suku-dayak-belusu-tana-tidung-pembuatan-menumbuk-padi-butuh-waktu-dua-bulan

Di Kecamatan Srumbung, Desa Bringin, terdapat sebuah dusun bernama Dusun Tonalan. Beberapa penamaan tempat atau lokasi biasanya memiliki arti atau cerita tersendiri. Sama halnya dengan penamaan Dusun Tonalan. Menurut cerita warga setempat, nama “Tonalan” berasal dari kata tonel. Tonel adalah bentuk kesenian dramatik atau teater yang berkembang pada masa pasca kolonial, sebuah warisan dari bangsa kolonial yang diajarkan kepada sebagian kaum terpelajar (Pramayoza, 2015). Beberapa warga juga menyebutkan bahwa kesenian tonel ini mirip dengan kesenian ketoprak yang ada pada masa sekarang.

Di Dusun Tonalan, dahulu memang terdapat sejenis kesenian ketoprak. Namun, karena para pegiatnya telah berusia lanjut, paguyuban ketoprak ini tidak lagi aktif. Meskipun demikian, Dusun Tonalan masih memiliki tradisi tahunan yang unik, yaitu kesenian bernama lutungan. Tradisi ini diadakan setiap tahun untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Lutungan biasanya dilaksanakan pada malam hari, tepat pada tanggal 17 Agustus. Rangkaian acara dimulai dengan arak-arakan dari ujung dusun menuju lokasi pagelaran. Dalam arak-arakan ini, terdapat atraksi bermain api yang dilakukan oleh para pemuda. Mereka juga merias wajah dengan cat berbagai warna dan motif, sebuah kegiatan yang disebut macak. Para pemudi membawa bendera merah-putih, diikuti oleh segerombolan orang yang mengenakan topeng barong, yang melambangkan lutung. Setelah itu, peserta acara akan mengelilingi arena pagelaran yang di tengahnya telah disiapkan pohon pinang untuk acara panjat pinang. Selama prosesi ini, mereka diiringi lagu-lagu nasional, seperti “17 Agustus”, “Sorak-Sorak Bergembira”, dan lagu-lagu lainnya.

Pada peringatan kemerdekaan tahun 2024 ini, acara lutungan semakin meriah dengan adanya kesenian dayakan atau topeng ireng. Dayakan ini merupakan kesenian khas masyarakat wilayah lereg Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, di mana sekelompok penari mengenakan aksesoris serasi dan menari dengan penuh semangat dan kompak, diiringi lagu-lagu nasional. 

 

Gambar 1. Kesenian Dayakan

Sumber: Dokumentasi Ardia, 2024

Acara lutungan tidak berhenti di situ saja. Setelah penampilan dayakan, acara dilanjutkan dengan mengelilingi pohon pinang. Keunikan dari acara ini adalah saat mengelilingi arena, beberapa peserta mulai kerasukan. Jumlah orang yang kerasukan pun bertambah seiring berjalannya waktu. Namun, hal ini tidak menimbulkan kekhawatiran bagi warga, karena fenomena ini telah menjadi tradisi yang wajar di Dusun Tonalan. Warga bahkan menyiapkan sesajen untuk diberikan kepada mereka yang kerasukan.

Beberapa sesajen yang disiapkan, antara lain tebu, buah-buahan yang ditempatkan dalam penampi, kemudian ada air bunga dalam baskom, serta terdapat dupa. Orang-orang yang kerasukan tersebut memakan sesajen yang telah disajikan. Beberapa di antaranya menari, menangis, berteriak, hingga memicu keributan kecil. Namun, semuanya dianggap sebagai bagian dari “hiburan” bagi warga setempat. Sementara itu, beberapa orang membersihkan pohon pinang dari pelumas agar bisa dipanjat. Setelah pohon pinang bersih, salah satu peserta akan memanjatnya, dan saat mencapai puncak, kembang api dinyalakan sebagai tanda puncak acara. Hadiah di pohon punang dimasukkan dalam karung dibawa turun. Namun, yang unik adalah panjat pinang di sini agak berbeda, karena tidak untuk menentukan siapa yang tercepat seperti biasanya. Hadiah yang diperoleh akan diambil oleh satu orang dan kemudian dibagikan kepada yang lain. 

Gambar 2. Sesajen pada acara lutungan.

Sumber: Dokumentasi Ardia, 2024

Tradisi lutungan di Dusun Tonalan sangat menarik, karena acara ini tidak hanya memupuk rasa nasionalisme melalui nyanyian lagu-lagu nasional dan tari-tarian yang dilakukan oleh pemuda dan warga, tetapi juga mempertahankan sentuhan tradisional yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh-roh. Dalam acara ini, berbagai sesajen dan topeng digunakan untuk memeriahkan suasana acara tersebut.

Setiap tempat memiliki tradisi untuk masing-masing, termasuk Dusun Tonalan yang memilih melestarikan kebudayaannya setiap tahun, tepat pada hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tradisi ini tidak hanya melestarikan kebudayaan Indonesia, tetapi juga memupuk rasa solidaritas dan nasionalisme. Tradisi semacam ini patut dicontoh oleh masyarakat di wilayah lain agar kebudayaan Indonesia tidak punah ditelan zaman.

 

Referensi

Pramayoza, D. (2015, April). TONEL: TEATERIKALITAS PASCAKOLONIAL MASYARAKAT TANSI SAWAHLUNTO. Jurnal Kajian Seni, 01, 114-129.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.