Kawasan Permukiman Kolonial “Villa Park Banjarsari” di Kota Solo

Oleh : Alifah Hanin Salsabila

Sebagai salah satu wilayah yang pernah dikuasai oleh kolonial Belanda, Kota Solo memiliki banyak peninggalan bercorak kolonial. Beberapa contoh peninggalan tersebut tampak pada ragam arsitektur kolonial yang diimplementasikan pada bangunan serta sistem tata letak area permukiman. Banyak peninggalan berarsitektur kolonial yang tersebar di penjuru Kota Solo. Beberapa yang terkenal di kalangan masyarakat Solo maupun wisatawan, antara lain Benteng Vastenburg, Rumah Dinas Walikota Surakarta Loji Gandrung, Omah Lawa (sekarang menjadi Heritage Batik Keris), serta klaster permukiman berdasarkan etnis (kawasan pecinan di daerah Pasar Gede, kampung Arab di daerah Kauman, dan perumahan etnis Eropa Loji Wetan). Salah satu kawasan yang memiliki potensi besar sebagai hasil pengaruh arsitektur kolonial, tetapi mungkin belum banyak dikenal adalah Villa Park Banjarsari.

Gambar 1. Pintu masuk menuju Taman Villa Park Banjarsari.

Sumber : dokumentasi pribadi (2023)

Kawasan Villa Park Banjarsari terletak di Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari. Lokasinya dapat ditemukan di tenggara Stasiun Solo Balapan dan di sisi utara Pasar Legi. Kawasan ini adalah kompleks permukiman yang terdiri dari deretan rumah-rumah, bangunan fasilitas penunjang (seperti gereja, sekolah, dan tempat hiburan), serta sebuah taman terbuka hijau.

Pada masa lalu, kawasan Banjarsari ini termasuk dalam wilayah kekuasaan Kadipaten Mangkunegaran. Pembangunan kawasan Villa Park dilakukan oleh Mangkunegara VI pada sekitar tahun 1910-an. Tujuan pembangunan kawasan tempat tinggal di daerah Villa Park ini ditujukan untuk menyediakan area tempat tinggal bagi para pegawai dan pejabat-pejabat etnis Eropa yang ditugaskan di Solo pada masa tersebut. Sebelum dikembangkan sebagai kawasan permukiman, kawasan Villa Park ini dulunya adalah semacam alun-alun yang dijadikan sebagai tempat untuk pelatihan legiun Mangkunegaran dan area pacuan kuda sejak masa  Mangkunegara II hingga Mangkunegara IV. Rancangan penataan dan pengembangan kawasan Villa Park kala itu dilakukan oleh arsitek asal Belanda bernama Herman Thomas Karsten dengan menerapkan konsep garden city yang juga sezaman dengan konsep garden city yang diterapkan di Semarang, Bogor, dan Malang. Dalam Ahyar & Sunjayadi (2022) disebutkan bahwa konsep garden city (kota taman) merupakan pola perencanaan tata kota mandiri yang dikelilingi oleh sabuk hijau dengan mengedepankan adanya perbandingan yang proporsional antara unsur kawasan perumahan, industrial, serta pertanian. Ciri khas dari kawasan yang menerapkan konsep kota taman adalah keberadaan dari ruang-ruang terbuka hijau yang berperan sebagai gerbang, simpul, dan tepian kawasan. Selain itu, ciri khas juga terdapat pada pola pendirian bangunannya yang tidak saling berdekatan dan memiliki halaman/taman di bagian depan, samping, maupun belakang bangunan.

Wujud penerapan konsep garden city tersebut masih tampak pada kondisi Villa Park saat ini, meskipun sudah mengalami banyak perubahan yang ditandai dengan semakin berkurangnya bangunan-bangunan berarsitektur kolonial. Kawasan Villa Park memiliki denah berbentuk bujur sangkar dengan jalan-jalan yang membentang di tiap sudutnya. Jalanan tersebut saling menghubungkan antar deretan perumahan yang berujung pada taman terbuka yang berada di tengah area permukiman. Bangunan-bangunan didirikan di sepanjang penjuru mata angin mengitari taman yang menjadi pusat dari Villa Park Banjarsari. Dalam catatan arsip disebutkan pula bahwa setiap rumah juga dirancang memiliki lahan taman/kebunnya sendiri sesuai dengan konsep garden city yang diterapkan.

Gambar 2. Lokasi Kawasan Villa Park Banjarsari.

Sumber : TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA (2022)

 

Pengamatan masa kini menunjukkan bahwa masih terdapat taman terbuka hijau dengan ukuran lahan cukup luas yang letaknya berada di tengah-tengah area perumahan. Di sekeliling taman juga masih dapat dijumpai keberadaan dari deretan rumah berukuran luas yang masing-masing memiliki lahan untuk taman/kebun kecil di bagian depan, samping, maupun belakang rumah. Selain itu, tiap rumah juga menampilkan wujud tampak depan yang seragam. Dilihat dari beberapa bangunan rumah yang masih bertahan dengan bentuk aslinya, dapat diketahui bahwa perumahan yang ada di kawasan ini dulunya menerapkan arsitektur kolonial karena memang menyesuaikan dengan tujuan awalnya, yaitu sebagai tempat tinggal bagi para etnis Eropa yang ada di Solo.

Jika dibandingkan dengan beberapa arsip foto lama, kondisi kawasan Villa Park di masa kini dengan di masa lalu masih menampakkan wujud pola tata ruang yang sama, yaitu dengan konsep garden city yang dicirikan dengan adanya keseimbangan proporsi antara ruang hijau dan kawasan bangunan. Pola tersebut tampak pada keberadaan taman terbuka hijau dan area permukiman yang memiliki keteraturan serta keserasian bentuk. Sementara itu, untuk perbedaan kondisi antara masa kini dengan masa lalu tampak pada kondisi taman dan keaslian bangunan. Taman terbuka hijau yang letaknya berada di tengah-tengah area perumahan tersebut telah mengalami revitalisasi sehingga wujud aslinya telah berubah dan banyak pula bangunan yang telah mengalami perubahan, baik karena tidak mendapatkan penanganan khusus sehingga menjadi terbengkalai, bahkan nyaris ambruk, maupun karena telah direnovasi secara keseluruhan.

Perubahan yang terjadi pada area taman Villa Park terletak di bagian tengah taman. Dulunya, pada bagian tengah taman hanya terdapat sebuah kolam dengan desain yang sederhana. Kini, kolam dengan air mancur tersebut telah ditambahi dengan bangunan baru, yaitu Monumen ’45 Banjarsari yang baru dibangun pada 31 Oktober 1973. Penambahan monumen tersebut dalam rangka mengenang peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Kota Solo yang terjadi pada 7-10 Agustus 1949 karena area Villa Park ini menjadi salah satu lokasi dari terjadinya peristiwa perumusan gagasan perlawanan masyarakat Solo kala itu terhadap usaha agresi militer Belanda.

Gambar 3. Taman Villa Park pada masa kolonial dengan kolam yang masih sederhana.

Sumber : KITLV

 

Selain perubahan pada wujud kolam, taman Villa Park juga mendapat tambahan bangunan baru berupa dinding pagar pembatas yang mengelilingi area taman. Jika dilihat pada arsip foto, tampak bahwa bentuk taman pada kala itu tidak menghadirkan adanya dinding pembatas karena taman buatan Belanda umumnya menerapkan konsep opened atau taman terbuka.

Gambar 4. Area Taman Villa Park pada masa kolonial yang terbuka tanpa adanya dinding pembatas.

Sumber : KITLV.

 

Kini, taman Villa Park lebih dikenal dengan nama Taman Monumen ’45 Banjarsari (Monjari) karena taman ini menjadi tempat dari didirikannya Monumen ’45 Banjarsari oleh Pemerintah Kota Surakarta. Meskipun begitu, pada bagian pintu masuk taman di sisi selatan terdapat papan plang bertuliskan “Villa Park Banjarsari” yang menjadi penanda bahwa dulunya kawasan ini adalah kawasan bernama Villa Park. Dengan adanya papan plang nama tersebut menunjukkan bahwa asal-usul keberadaan kawasan ini tidak dihilangkan begitu saja atapun digantikan sepenuhnya sebagai monumen pengingat Serangan Umum Empat Hari.

Gambar 5. Monumen ’45 Banjarsari yang didirikan di bagian tengah dari Taman Villa Park Banjarsari.

Sumber : dokumentasi pribadi (2023).

 

Tidak hanya pada bentuk taman, perubahan juga tampak pada bangunan-bangunan yang ada di kawasan Villa Park. Dapat dikatakan bahwa hanya tersisa sedikit bangunan yang masih mempertahankan bentuk asli arsitektur kolonialnya. Pada sisi selatan taman Villa Park misalnya, masih terdapat satu bangunan kolonial bergaya tahun 1920-1940-an yang dicirikan dengan bangunan yang sudah tidak simetris lagi. Bangunan ini sekarang digunakan sebagai bangunan Pra TK-TK Lazuardi dengan status kepemilikan berada di bawah PT Perkebunan Nusantara IX.

Gambar 6. Bangunan Pra TK-TK Lazuardi yang memiliki arsitektur kolonial.

Sumber : Dinas Kebudayaan Kota Surakarta (2021).

 

Kemudian, pada sisi barat taman terdapat satu rumah yang saat ini difungsikan sebagai Rumah Kriya Banjarsari. Dulunya, rumah ini menjadi rumah dinas dari Residen Surakarta. Setelah masa kemerdekaan, pengelolaan bangunan ini kemudian berpindah menjadi rumah dinas milik Badan Koordinasi Wilayah III Solo. Sekarang, pengelolaan rumah tersebut berada di bawah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah dan dikembangkan menjadi rumah kriya untuk mengakomodasi pameran dan tempat produksi mebel serta kerajinan kriya berbahan kayu. Desain bangunannya masih mempertahankan bentuk arsitektur aslinya sebagai bangunan kolonial, seperti yang tampak pada rangka pintu dan jendela yang cukup tinggi serta motif lantai yang berbeda di setiap ruangannya. Kondisi tersebut juga masih terjaga dengan baik, bahkan sempat dilakukan revitalisasi pada bagian atapnya.

Pada persimpangan jalan di sisi barat laut taman Villa Park terdapat dua bangunan rumah kolonial lainnya yang saling berseberangan. Rumah yang berada di sisi barat jalan masih difungsikan sebagai rumah tinggal sekaligus ruang publik dengan masih mempertahankan arsitektur aslinya. Bangunan tersebut dikenal dengan nama Rumah Banjarsari. Arsitektur khas kolonial yang dimiliki bangunan ini tampak pada bagian atap, dinding, pintu, dan jendelanya. Terdapat atribut atap berbentuk perisai yang posisinya ditinggikan dari bagian atap lainnya dan berada di atas atap limasan sehingga struktur atap bangunan ini nampak mengadopsi banyak bentuk dan memberikan kesan bertumpuk. Penggunaan batu alam sebagai pemberi motif dinding pada dinding bangunan bagian luar juga menjadi ciri khas dari bangunan ini sebagai bangunan kolonial.

Gambar 7. Tampak depan samping dari Rumah Banjarsari.

Sumber : solocity.travel

 

Tepat di seberang Rumah Banjarsari, ada satu bangunan kolonial lagi yang saat ini difungsikan sebagai rumah tinggal. Arsitekturnya tampak simetris dengan serambi depan berpagar yang persis terletak di tengah denah bangunan. Informasi lebih lengkap mengenai bangunan ini agak sulit untuk dikulik karena menurut hasil wawancara dengan pengelola Rumah Banjarsari, rumah ini sudah tidak dihuni lagi sehingga belum dapat ditentukan narasumber yang bisa diwawancarai lebih lanjut.

Mengingat banyaknya nilai penting dan urgensi yang dimiliki oleh kawasan Villa Park, maka pada tahun 2022 yang lalu, Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surakarta telah merekomendasikan kawasan Villa Park beserta atribut-atributnya, yaitu taman Villa Park, Rumah Banjarsari, dan bangunan Pra TK-TK Lazuardi sebagai cagar budaya tingkat kota. Diharapkan, dengan pengajuan permohonan penetapan sebagai cagar budaya tersebut akan dapat memberikan manfaat pada kawasan Villa Park, baik dari segi pengelolaan maupun semakin banyaknya jumlah penelitian mengenai Villa Park di masa mendatang.

 

Daftar Pustaka

Ahyar, W. N., & Sunjayadi, A. (2022). KARSTEN PLAN: Peran Ir. Thomas Karsten dalam Pengembangan Pemukiman Eropa di Buitenzorg 1903-1942. HISTORIA: Jurnal

Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 5(2), 157166. https://doi.org/10.17509/historia.v5i2.50941

Ayu, P., & Agustiananda, P. (2012). Towards Urban Conservation in The City of Solo, Indonesia. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan, 4(2), 67–77.

Daryadi. (2009). PEMBANGUNAN PERKAMPUNGAN DI KOTA MANGKUNEGARAN PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGARA VII [Undergraduate Thesis].

Universitas Sebelas Maret .

Kamila, R. Z., & Indrawati. (2023). PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA RUANG TERBUKA HIJAU SURAKARTA (STUDI KASUS: MONUMEN 45 BANJARSARI). SIAR IV 2023 : SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR, 418–428. http://siar.ums.ac.id/

TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA. (2022a). NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN BANGUNAN PRA TK – TK LAZUARDI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA.

TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA. (2022b). NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN BANGUNAN RUMAH BANJARSARI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA.

TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA. (2022c). NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN LOKASI PERUMAHAN VILLA PARK

BANJARSARI SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA.

TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA. (2022d). NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN LOKASI TAMAN VILLA PARK BANJARSARI SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA.

TIM AHLI CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA. (2022e). NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN SATUAN RUANG GEOGRAFIS VILLA PARK BANJARSARI SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.