[HIMAPEDIA] Mengenal Kendaraan Pertama Dalam Membela dan Menjaga Kedaulatan NKRI
Gambar 1. Kendaraan Lapis Baja (Sumber: https://id.quora.com/Tank-apa-yang-akan-digunakan-sekolah-asal-Indonesia-di-dunia-Girls-und-Panzer)
Dalam suatu strategi pertempuran, kendaraan yang dioperasikan oleh prajurit memegang peranan penting dalam penentu kemenangan dari suatu peperangan. Hal ini dikarenakan sifat dari kendaraan ini yang memiliki daya tahan serta kemampuan yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan tenaga prajurit konvensional secara penuh. Dalam sejarah dunia sendiri, penggunaan kendaraan pasti selalu ada dalam setiap kejadian konflik yang ada pada setiap daerah di dunia, termasuk di Indonesia, lebih tepatnya pada masa kolonialisme masih terjadi di Indonesia disertai dengan adanya perlawanan dari masyarakatnya, penggunaan kendaraan ini memegang peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia. Dalam artikel kali ini, kita tidak akan membahas terlalu mendalam terhadap bagaimana proses perjuangan dari rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan dengan menggunakan bantuan dari kendaraan tempur tadi. Melainkan lebih difokuskan pada bahasan pada deskripsi kendaraan yang dipakai, latar belakang kendaraan tersebut, serta penjelasan mengenai kondisi kendaraan-kendaraan tempur tersebut pada masa kini baik yang masih beroperasi secara layak maupun yang sudah tidak beroperasi lagi.
Sebenarnya dalam penggunaan kendaraan tempur oleh rakyat Indonesia memiliki banyak jenis dan variasinya, namun yang paling terlihat mencolok dalam segi jumlah kendaraan tempur yang dimilikinya adalah pada Tank Ringan Stuart, namun untuk sisanya terdapat kendaraan tempur lain berupa Panser, Tank Marmon Herington, Tank Ringan Vicker, Panser Ringan Alvis Straussler, Panser Overvalwagen, dan kendaraan-kendaraan tempur lainnya (Matanasi: 2018). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, diantara kendaraan-kendaraan tempur yang dimiliki oleh negara Indonesia kebanyakan merupakan kendaraan tempur bertipe ringan dengan jenisnya merupakan jenis dari Stuart Tank. Tank Stuart ini merupakan istilah dari suatu tank berseri remis M3 yang diperkenalkan pada tahun 1941 sebagai penerus dari tank sejenisnya pada seri M2, lebih tepatnya M2A4. Pada tank seri ini sendiri terdapat setidaknya 5 generasi dari tank ini, diantaranya adalah Early Production M3, Mid Production M3, M3A1, M3A3, serta M3E2 yang memiliki karakteristiknya masing-masing. Secara Fisik keenam tank ini memiliki bentuk yang hampir mirip dikarenakan perbedaan yang terdapat dari setiap generasinya tidak terlalu signifikan. Namun untuk secara keefektifan, performa, serta kemampuan dari kendaraan lapis baja ringan ini memiliki perbedaan yang bisa dibilang signifikan dikarenakan dari apa yang ditulis oleh Hunnicutt (1992: 127-172) memberikan penjelasan bahwa performa dan kemampuan dari kendaraan M3 ini memiliki perkembangan di setiap generasinya yang dimana itu berarti semakin muda generasi dari M3 Tank Stuart ini, maka efektivitas dari segi kemampuan serta performa dari kendaraan ini jelas semakin baik lagi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Perkembangan dari performa maupun kemampuan yang dapat dilakukan oleh kendaraan ini pada dasarnya berasal dari perubahan, penggantian, penghilangan, maupun pengkombinasian komponen-komponen yang ada sehingga hal tersebut dapat merubah performa dan kemampuan tank ini baik itu dari segi konsumsi bahan bakar, kekuatan dan ketahan kendaraan, ketangkasan dalam medan tertentu, persenjataan, bahkan hingga detail-detail kecil seperti lampu, wiper, kursi, hingga tempat penyimpanan alat-alat yang dapat digunakan oleh prajurit baik itu di dalam kendaraannya maupun diluar kendaraannya.
Gambar 2. Sketsa dan bentuk fisik dari Tank M3 pada masa awal produksinya (Sumber: Hunnicutt,1992).
Gambar 3. Sketsa dan bentuk dari Tank M3 pada masa pertengahan produksinya (Sumber: Hunnicutt,1992).
Gambar 4. Sketsa dan bentuk dari tank M3AI sebagai tank tipe ringan jenis M3 generasi pertama (Sumber: Hunnicutt, 1992).
Gambar 5. Sketsa dan bentuk dari Tank M3A3 sebagai penerus kedua setelah Tank M3A1 (Sumber: Hunnicutt, 1992).
Gambar 6. Bentuk fisik dari Tank M3E2 sebagai kendaraan generasi alternatif dari tank tipe M3 (Sumber: Hunnicutt, 1992).
Kemudian, mengenai latar belakang didapatkannya kendaraan-kendaraan ini sendiri diperoleh oleh para pejuang dengan cara yang bermacam-macam, ada yang melalui dalam bentuk penyerahan oleh KNIL kepada APRIS sebagai konsekuensi dari hasil Konferensi Meja Bundar maupun sebagai rampasan perang di suatu wilayah di Indonesia. Dari keseluruhan cara memperoleh kendaraan-kendaraan ini sebenarnya dalam bentuk penyerahanlah yang merupakan aset utama pemasukan kendaraan-kendaraan tempur tersebut sebagai aset yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan total 100 buah tank dan panser yang diserahkan oleh Belanda pada tahun 1950 sedangkan faktor sisanya hanya memberikan sumbangan yang kecil dibandingkan dengan penyerahan seperti tadi (Matanasi: 2018). Lalu untuk alasan mengenai mengapa kendaraan-kendaraan ini, terutama kendaraan lapis baja M3 atau Stuart banyak diserahkan sebenarnya penulis sendiri tidak bisa menemukan bukti konkret mengenai alasan utama terkait pertanyaan ini. Namun disini akan mencoba memberikan penjelasan mengenai alasan penggunaan tank ini secara mayoritas di Indonesia digunakan sebagai operasi militer pada masa itu. Pertama secara kondisi yang tengah terjadi pada masa pertahanan kedaulatan Indonesia, perebutan wilayah strategis menjadi kunci penting dalam pertempuran sejenis ini untuk kedua belah pihak membuat selain diperlukannya prajurit yang cekatan dalam pergerakan tempurnya, diperlukan kendaraan tempur penunjang prajurit yang sama tangkasnya dalam bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Hal ini akan menjadi lain soalnya jika kondisi yang terjadi mengharuskan setiap pihak menghancurkan suatu wilayah secara total maka penggunaan kendaraan penunjang yang cekatan tidak menjadi faktor utama dalam pertempuran, namun bukan dalam arti dihiraukan sama sekali. Dari penjelasan tersebut, dapat dipastikan jika karakteristik dari Tank ringan yang sangat cocok untuk digunakan dalam kondisi seperti itu yang dimana tank bertipe ini, terutama untuk Tank Stuart yang banyak digunakan di Indonesia pada masa itu memiliki bobot yang tidak terlalu berat untuk ukuran sebuah kendaraan lapis baja yakni dengan rata-rata berada di 15 ton (Hunnicutt, 1992) yang dimana dengan jumlah bobot tersebut membuat tank ini dapat bermanuver lebih cepat dibandingkan tank lain yang bertipe lebih berat. Diluar hal tersebut, dari segi biaya baik itu dalam biaya produksi maupun perawatan sudah jelas jika tank tipe ringan sejenis Tank Stuart ini tidak memerlukan pengeluaran biaya yang besar dibandingkan tank-tank lain yang bertipe lebih berat dari Tank Stuart ini pada masa itu.
Setelah itu, walaupun kendaraan-kendaraan ini digunakan untuk berperang pada masanya tetap saja pasti ada beberapa kendaraan yang ditinggalkan dalam kondisi sedikit rusak bahkan masih dalam kondisi yang sangat baik sebagai peninggalan leluhur maupun pengingat mengenai perjuangan leluhurnya pada masa itu. Sebenarnya ada beberapa tank jenis M3 Stuart ini yang masih beroperasi di Indonesia, namun kebanyakan dari tank yang lain sudah tidak dalam kondisi layak untuk dioperasikan dan dijadikan pajangan di museum-museum militer di Indonesia. Beberapa tank ini yang dapat ditemukan di Indonesia diantaranya terdapat pada Museum Satria Mandala di Jakarta, Museum Palagan di Ambarawa, Museum Dharma Wiratama di Yogyakarta, dan beberapa museum lainnya maupun monumen-monumen peringatan di Indonesia.
Gambar 7. M3A3 Stuart yang terdapat di Museum Satria Mandala, Jakarta (Sumber: Schellekens, 2010)
Gambar 8. M3A3 Stuart yang terdapat di Museum Palagan, Ambarawa (Sumber: https://evventure.com/meniti-sejarah-di-ambarawa/)
Gambar 9. M3A3 Stuart Recce yang terdapat di Museum Dharma Wiratama, Yogyakarta (Sumber: http://kekunaan.blogspot.fr/2012/05/museum-pusat-tni-ad-dharma-wiratama.html)
Ditulis oleh : M. Duta A.C. Permana
Editor oleh : Maisy Pramaisella
Daftar Pustaka
Cameron, R. S. (2008). Mobility, Shock, and Firepower, The Emergence of The U.S. Army’s Armor Branch, 1917-1945. Washington D.C: United States Army
Colabella, L. P. et al (2013). Age, Operational Tempo, Deployment, and Reset Effects on The Readiness and Maintenance Costs of Army Vehicles. Santa Monica: RAND.
Coleman, J. E. (1944). The Field Artillery Journal, April, 1944 – Vol. 34, No. 4. Washington D.C: United States Field Artillery Association.
Coleman, J. E. (1945). The Field Artillery Journal, February, 1945 – Vol. 35, No. 2. Washington D.C: United States Field Artillery Association.
Hunnicutt, R. P. (1992). STUART, A History of The American Light Tank, Volume I. Toronto: PRESIDIO.
Indomiliter. (2015). M3A3 Stuart, Light Tank Legendaris Yang Masih Punya “Gigi”. https://www.indomiliter.com/m3a3-stuart-light-tank-legendaris-yang-masih-punya-gigi/ (Diakses Juli 2018)
Larasati, V. E. (2018). HUT ke-73 TNI, Ini 5 Tank Legendaris TNI dan Sejarahnya. https://www.gridoto.com/read/221037713/hut-ke-73-tni-ini-5-tank-legendaris-tni-dan-sejarahnya?page=2 (Diakses Juli 2021).
Matanasi, P. (2018). Kavaleri Angkatan Darat Bermodal Warisan Belanda. https://tirto.id/kavaleri-angkatan-darat-bermodal-warisan-belanda-cEtf (Diakses Juli 2021).
Wirayudha, R. (2016). Tank Legendaris AS Bakal Gemparkan Peringatkan SO 1 Maret.
Wirayudha, R. (2018). Tank Gaek Bertahan Hidup. https://historia.id/sains/articles/tank-gaek-bertahan-hidup-vXjBr/page/1 (Diakses Juli 2021).
Yulianti, T. E. (2013). Melongok Tank Stuart, Kendaraan Perang TNI AD Tertua Peninggalan Belanda. https://news.detik.com/berita/d-2283842/melongok-tank-stuart-kendaraan-perang-tni-ad-tertua-peninggalan-belanda (Diakses Juli 2021).