Acropolis, Kota di Atas Bukit Kebanggaan Athena
Oleh: Christopher Radityo Seno Pangayom
Akropolis Athena merupakan salah satu peninggalan arkeologis yang paling terkenal di Yunani bahkan di dunia. Akropolis merupakan sebuah citadel yang terletak di atas bukit setinggi 150 meter di atas permukaan laut Athena. Kata Akropolis sendiri berasal dari bahasa Yunani ἄκρον (akron, “titik tertinggi, ekstremitas”) dan πόλις (polis, “kota”). Sehingga dari kedua kata tersebut dapat dikatakan bahwa Akropolis berarti kota yang berada pada wilayah yang tinggi. Akropolis sendiri sejujurnya tidak merujuk kepada satu wilayah saja, melainkan ke banyak situs arkeologis lainnya. Namun memang Akropolis Athena merupakan yang paling terkenal sehingga sebagian besar pencarian Akropolis merujuk kepada Akropolis yang berada di Athena ini.
Namun, di balik kemegahan bangunan suci masyarakat yunani kuno tersebut, terdapat sejarah cukup kelam dan menyedihkan yang menyebabkan keruntuhannya. Selama sekitar ratusan tahun dihuni dan ditinggali manusia, sudah beberapa kali Akropolis tersebut mengalami kerusakan dan renovasi. Baik yang berskala kecil maupun besar. Namun dengan banyaknya peristiwa yang terjadi pada bangunan tersebut, menjadikan Akropolis Athena menjadi sangat indah dan bermakna bagi perkembangan arkeologi dunia.
Awal Pembangunan
Pembangunan Akropolis Athena ini sendiri diduga dimulai sangat lama dan sangat tua. Hal tersebut didasari dari adanya penemuan monumen-monumen dan bangunan-bangunan yang berusia sudah sangat tua. Oleh karena itu terdapat istilah “archaic Acropolis” atau Akropolis kuno yang merujuk pada bangunan Akropolis sebelum renovasi besar-besaran pada pemerintahan Pericles. Terdapat sumber yang mengatakan bahwa pembangunan Akropolis pertama kali dilakukan pada abad ke-13 SM, dan pada saat itu digunakan sebagai tempat tinggal penguasa lokal Mycenae. Kemudian pada abad ke-8 lah dimulai penggunaan Akropolis sebagai wilayah religius dengan dibangunnya kuil Athena Nike di dalamnya. Dikatakan juga bahwa Akropolis sudah ditinggali sejak masa pendudukan Mycenae hingga seterusnya.
Meskipun demikian, pembangunan Acropolis Athena tidak dilakukan dalam sekali waktu, melainkan dilakukan bertahap. Terdapat tiga fase pembangunan Akropolis yang dilakukan dari awal hingga akhir. Pada fase pertama, dilakukan pembangunan pada bangunan-bangunan utama yang meliputi kuil-kuil, patung, altar, dan bangunan lainnya. Lalu pada fase kedua dilakukan pembangunan teras-teras yang menunjang struktur bangunan secara keseluruhan. Terakhir kemudian pada fase ketiga dilakukan pembangunan benteng-benteng di sekelilingnya yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan rumah dan makam.
Pada awalnya pembangunan benteng tersebut tidaklah bertujuan sebagai langkah defensif. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Athena pada saat itu tidak merasakan perlunya perlindungan bagi kota mereka yang mereka anggap tidak memiliki posisi penting dalam hal apapun sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengalami ancaman dari luar. Tetapi seiring berjalannya waktu, pembangunan benteng mulai dilakukan untuk mencegah ancaman-ancaman tertentu maupun karena alasan politis. Di mana kemudian secara perlahan Akropolis Athena berubah menjadi sebuah citadel dan kuil yang lengkap dengan benteng dan bastionnya.
Namun sangat disayangkan karena terjadi perang yang cukup besar antara Athena dan Persia menyebabkan kerusakan pada bangunan Akropolis dan wilayah sekitarnya. Kemudian akhirnya pada tahun 479 SM setelah kemenangan Athena atas Persia pada pertempuran Plataia menjadi salah satu faktor pendukung yang sangat kuat terhadap pembangunan kembali Akropolis tersebut. Selain itu, dengan Athena yang berada di bawah salah satu pemimpin yang sangat ambisius bernama Pericles (Περικλῆς) menjadikan terwujudnya pembangunan tersebut bersamaan dengan dibangunnya bangunan-bangunan penting di dalamnya termasuk Parthenon, Erechtheion, Propylaia, dan Kuil Athena Nike di kemudian hari.
Kehancuran
Kehancuran Akropolis ini terjadi pada masa perang Yunani dan Persia yang berlangsung pada tahun 499 SM sampai 449 SM. Salah satu momen terbesar pada perang tersebut adalah ketika pada tahun 480 SM pasukan Persia di bawah kepemimpinan Raja Xerxes I menghancurkan dan membakar Kota Athena. Kejadian tersebut kemudian dikenal sebagai “the Persians Destruction of Athens” dikarenakan besarnya dampak dari serangan pasukan Persia ke kota Athena.
Dikatakan bahwa pada tahun 480 SM seluruh penduduk Kota Athena meninggalkan kota mereka setelah mengikuti perintah dari penguasa mereka, Themistocles. Menurut Herodotus, seluruh penduduk Kota Athena telah berlayar ke pulau terdekat dari wilayah mereka di Salamis dan berharap sepenuhnya kepada kemenangan pasukan laut mereka. Dengan kepergian dari seluruh penduduk kota tersebut, menyebabkan sangat sedikitnya orang yang berjaga di wilayah Kota Athena untuk melindungi citadel tersebut. Dari sedikit orang yang bertahan dan berjaga di Akropolis pun mampu memberikan pertahanan yang sangat gigih dan berani.
Mereka memberikan perlawanan dengan menjaga dinding benteng mereka dan menggelindingkan beban-beban yang sangat berat dan besar ke arah pasukan Persia yang berdatangan. Namun dikarenakan sedikitnya jumlah mereka, akhirnya pasukan Athena dapat dikalahkan setelah pasukan Persia berhasil memasuki wilayah Akropolis dari sisi timur yang kurang terjaga. Pasukan Athena yang kekurangan jumlah akhirnya memutuskan untuk melompat ke luar tembok benteng dan jatuh ke bawah ataupun mencari perlindungan di dalam Kuil Athena di mana akhirnya mereka dibantai oleh pasukan Persia yang berhasil menemukan mereka. Setelah dikuasai oleh pasukan Persia, tembok-tembok benteng Akropolis pun dirobohkan kemudian dilakukan penjarahan dan pembakaran terhadap bangunan-bangunan yang terdapat di dalamnya.
Masa-Masa Selanjutnya
Pada masa-masa selanjutnya, Akropolis mengalami beberapa kali pemugaran dikarenakan usia yang sudah tua maupun karena perang. Pada masa Yunani dan Romawi Kuno pun dilakukan penambahan dan perluasan wilayah termasuk membangun bangunan-bangunan baru untuk menghormati raja-raja dan dewa mereka. Selain itu, Akropolis juga pernah mengalami perubahan fungsi pada masa Bizantium dan Ottoman. Parthenon yang merupakan bangunan utama pada Akropolis pernah berubah fungsi menjadi gereja maupun katedral pada masa bizantium di mana agama kristen sudah sangat umum.
Kemudian pada masa pendudukan Ottoman di Yunani, terjadi perubahan fungsi yang sangat mencolok dan berbeda. Di mana parthenon dialih fungsikan menjadi menjadi sebuah garnisun oleh pasukan Ottoman untuk menyimpan senjata dan alat peledak mereka selama Perang Morean pada tahun 1687. Hal tersebut jugalah yang menyebabkan Parthenon mengalami kerusakan parah dikarenakan ledakan artileri dari pasukan Venesia mengenai garnisun pasukan Ottoman di dalam Parthenon.
Selanjutnya adalah pada masa perang kemerdekaan Yunani dari Turki Ottoman pada tahun 1821-1829 di Yunani. Pada masa tersebut, Akropolis sempat mengalami 3 kali serangan beruntun, yang dua kali dilakukan oleh Yunani pada tahun 1821-1822 dan satu kali oleh Ottoman pada tahun 1826-1827. Pada akhirnya setelah Yunani berhasil merdeka dan memegang Akropolis sepenuhnya, mereka memutuskan untuk menghilangkan atribut-atribut Bizantium dan Ottoman yang berada di Akropolis untuk menjaga “keaslian” bangunan tersebut.
Sedangkan selama masa perang dunia 2 tidak terjadi perubahan yang sangat besar pada bangunan Akropolis secara keseluruhan. Kecuali fakta bahwa Jerman pernah memasangkan bendera Nasi mereka di bangunan Parthenon selama pendudukan Yunani oleh Jerman. Hingga akhirnya pada tahun 1944 Jerman meninggalkan Yunani dan Akropolis kembali ke tangan Yunani.
Masa Kini
Saat ini, Akropolis Athena merupakan salah satu situs arkeologis yang paling terkenal dan paling banyak dikunjungi di dunia. Selain itu, Akropolis Athena sudah masuk daftar sebagai “world heritage” atau warisan budaya dunia UNESCO pada tahun 1987. Dengan demikian kita dapat berharap bahwa situs Akropolis Athena tersebut dapat terawat dan terjaga sehingga suatu saat nanti kita dapat berkunjung ke rumah para dewa.
Referensi:
Kousser, R. (2014). Destruction and Memory on the Athenian. The Art Bulletin.
Weller, C. H. (1904). THE PRE-PERICLEAN PROPYLON OF THE ACROPOLIS AT ATHENS. American Journal of Archaeology.
Iakovidis, S. E. (2006). THE MYCENAEAN ACROPOLIS OF ATHENS. The Archaeological Society at Athens Library.
Glowacki, K. T. (1998). THE ACROPOLIS OF ATHENS BEFORE 566 B.C.
Looking at the Acropolis of Athens from Modern Times to Antiquity. (2014). In W. S. Clair, Cultural Heritage Ethics: Between Theory and Practice. Cambridge: Open Book Publishers.
Most Visited World Heritage Site. (n.d.). Retrieved from https://www.worldheritagesite.org: https://www.worldheritagesite.org/ranking/most+visited+sites
Acropolis, Athens. (n.d.). Retrieved from whc.unesco.org: https://whc.unesco.org/en/list/404/