Hantu dan Perkembangannya Berdasarkan Revolusi Koginitif Manusia
Oleh: Ahmad Zaki
Hantu atau makhluk gaib merupakan produk budaya tertua yang sudah lama dikenal oleh umat manusia, tidak tanggung-tanggung hantu sudah dikenal dari masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau yang dikenal sebagai masa prasejarah. Dalam perkembangannya penggambaran hantu banyak dipengaruhi berbagai faktor perubahan yaitu sosial dan keadaan lingkungan dimana keberadaan hantu tersebut dikenal dan disebarkan oleh masyarakat pendukungnya, hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan pola pikir manusia yang disebut sebagai revolusi kognitif.
Pada masa prasejarah umat manusia mengenal makhluk gaib dengan sebutan ”Roh nenek moyang dan roh jahat” Pada masa ini penggambaran makhluk gaib dinilai sangat sederhana, bukti budaya manusia yang sudah mengenal makhluk gaib tersebut bisa kita lihat dari keberadaan bangunan pemujaan roh nenek moyang atau sesosok penunggu suatu kawasan yaitu menhir. Menhir adalah sebuah tugu batu yang biasanya berposisi berdiri dan berkaitan erat dengan gambaran seorang tokoh yang dihormati atau sebagai sarana pemujaan (Gede, 2015). Selain itu penggambaran adanya makhluk gaib dapat kita lihat pula dari adanya berbagai lukisan gambar cadas pada gua-gua yang menjadi tempat tinggal manusia dari masa prasejarah, para peneliti banyak menilai bahwa adanya berbagai macam bentuk gambar cadas yang terlukiskan di dinding-dinding gua merupakan bentuk ritual manusia pendukungnya dalam meminta perlindungan kepada arwah nenek moyang terhadap apa yang mereka takutkan.
Berangkat dari masa itulah keberadaan hantu dan penggambarannya terus berkembang hingga masa kini sebagaimana yang sudah disinggung di awal bahwa terdapat pula faktor-faktor lainnya yang mendukung hal tersebut terjadi, antara lain faktor sosial dan juga keadaan lingkungan. Faktor sosial mendukung berkembangnya penggambaran hantu dalam bentuk budaya, hal ini dapat ditinjau dari perubahan penggambaran hantu yang tadinya digambarkan sederhana lalu sedikit mengalami perubahan berdasarkan budaya baru yang datang. Katakan saja ketika Agama Hindu-Buddha datang dan berkembang di Nusantara keberadaan makhluk gaib pun turut ikut berubah sesuai dengan budaya yang datang hal ini dapat dilihat dari naskah kuno yaitu Kakawin Sena yang banyak menjelaskan berbagai macam bentuk hantu dari masa tersebut, lalu ketika agama Islam datang dan mulai mendominasi di nusantara maka turut berubah pula penggambaran hantu yang ada. Hal itu bisa kita lihat dengan munculnya berbagai jenis penggambaran hantu baru yang terdapat unsur-unsur agama Islam, seperti adanya Pocong yang merujuk pada penanganan jenazah bagi orang Islam dan masih banyak lagi. Tentu faktor sosial bukanlah faktor utama yang mendukung berkembangnya penggambaran makhluk gaib namun faktor sosial lah yang mendominasi sebagai agen perubahan, hal ini bisa diterima dengan melihat wilayah nusantara yang menjadi titik pusat persinggahan banyak budaya asing yang datang kemudian berakulturasi dengan budaya lokal.
Dari sudut pandang keadaan lingkungan kita dapat melihat bagaimana manusia menciptakan pandangannya masing-masing wilayah terhadap makhluk gaib pada proses revolusi kognitif. Sederhananya manusia melakukan proses berpikir dengan mengandalkan berbagai pengalaman dan informasi yang mereka miliki lalu disimpulkan yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu hal baru, hal ini bisa kita lihat dengan keadaan lingkungan Indonesia yang memiliki iklim tropis lalu informasi tersebut diolah oleh pikiran manusia dan menghasilkan berbagai bentuk penggambaran hantu yang cocok dengan lingkungan tersebut. Seperti adanya hantu api atau yang dikenal sebagai Banaspati dan Genderuwo yang dipercaya tinggal di hutan dengan banyak pohon besar, lembab, dan sepi. Hal ini sangat cocok dan banyak ditemukan di wilayah Indonesia, berbeda keadaan lingkungan tentu akan berbeda pula penggambaran hantu yang ada sebut saja negara-negara yang memiliki musim salju di negara-negara tersebut tidak kita dapati hantu dengan penggambaran yang ada di Indonesia seperti Banaspati dan lain-lain. Tetapi kita menemukan sesuatu yang baru dan tidak kita temukan pula di Indonesia seperti hantu Putri Salju atau yang dikenal sebagai Yuki-Onna dari Jepang, makhluk gaib Yeti dari Rusia, dan masih banyak lagi. Tentu dari hal tersebut kita dapat menilai keadaan lingkungan juga turut merubah dan membedakan bentuk penggambaran hantu sebagai budaya oleh para manusia pendukungnya.
Daftar Pustaka
Prasetyo, B., & dkk. (2015). EKSOTISME MEGALITIK NUSANTARA. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.