Menguak Sosok Dapunta Sailendra

Dapunta Sailendra adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam Sejarah Indonesia Kuno. Ia mungkin tidak selegendaris tokoh-tokoh setelah masa kekuasaannya, seperti Airlangga, Ken Angrok, atau Gajah Mada. Namun, setidaknya tokoh ini dikenal sebagai cikal-bakal raja-raja dinasti terbesar di Jawa, yaitu dinasti Sailendra. Sejarah munculnya Dapunta Sailendra beserta wangsa yang didirikannya masih merupakan misteri. Terlebih dengan adanya dugaan bahwa Dapunta Sailendra memiliki hubungan dengan Dapunta Hyang sang pendiri kerajaan Sriwijaya. Tulisan ini akan mengulas beberapa tafsiran mengenai sejarah Dapunta Sailendra berdasarkan kajian sumber prasasti di Indonesia maupun sumber di luar Indonesia.

Dinasti di Mataram Kuno: Satu atau Dua?

Nama Dapunta Sailendra disebutkan pertama kali dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, Pekalongan. Prasasti tersebut berhuruf Pallawa, berbahasa Melayu Kuno, dan tidak berangka tahun. Namun, melalui sudut pandang paleografisnya, Prasasti Sojomerto kemungkinan berasal dari abad ke-7. Isi prasasti ini menyebut tentang seseorang bernama Dapunta Selendra, putra dari Santanu dan Bhadrawati. Dia memiliki seorang istri bernama Sampula. Selain keempat nama tersebut, terdapat tulisan yang menyebutkan nama Hyang. Sangat disayangkan tulisan itu tidak dapat dibaca seluruhnya karena sebagian huruf sudah kabur.

 

Transkripi prasasti Sojomerto adalah sebagai berikut:

1……………………….ryyon sri sata…..

2……………………….-a koti……….namah ssiwaya

3 bhatara parameswa

4 ra sarwwa daiwa ku samwah hiyang

5 – -mih inan dhisnanda dapu

6 nta selendra namah santanu

7 namanda bapanda bhadrawati

8 namanda ayanda sampula

9 namanda wininda selendra namah

10   mamagappasarlempewanih

 

Terjemahan prasasti Sojomerto

1………………………….

2…………………………..

3 Hormat kepada dewa Siwa

4 Bhatara Parameswa

5 ra dan semua dewa yang kuhormat. Hiyang

6 – – mih adalah…………………………..

7 dari yang terhormat Dapunta Selendra. Santanu

8 adalah nama ayahnya. Bhadrawati

9 adalah nama ibunya. Sampula

10      adalah nama istri yang terhormat Selendra

11…………………………………………………(Darmosoetopo, 2012)

 

Berdasarkan isi prasasti tersebut, Boechari berpendapat bahwa Dapunta Sailendra adalah cikal bakal wangsa Sailendra di Jawa.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Dapunta Sailendra, penulis akan mengulas terlebih dahulu mengenai dinasti di Mataram Kuno. Ada dua teori mengenai dinasti yang berkuasa pada masa kerajaan tersebut. Teori pertama mengatakan bahwa ada dua dinasti, yakni Sanjaya dan Sailendra. Pendukung teori ini adalah F.D.K. Bosch, de Casparis, dan G. Coedes (Poesponegoro, 1990). Teori kedua dikemukakan oleh Poerbatjaraka yang menentang teori adanya dua dinasti. Menurut Poerbatjaraka, hanya ada satu dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sailendra. Pendapat Poerbatjaraka diperkuat dengan fakta bahwa istilah Sanjayawangsa belum pernah ditemukan pada sumber prasasti manapun. Nama dinasti yang disebutkan hanya Sailendrawangsa yang tertulis di prasasti Kalasan (778 M).

Prasasti Sojomerto rupanya turut memperkuat pendapat Poerbatjaraka sekaligus memberi keterangan tentang asal-usul wangsa Sailendra. Di dalam prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra yang merupakan ejaan Indonesia untuk kata Sansekerta “Sailendra”. Perlu diingat bahwa bahasa Melayu Kuno menjadi bahasa resmi kerajaan, di samping bahasa Sansekerta untuk menulis prasasti hingga tahun 840 M (Darmosoetopo, 2012). Sesuai dengan asal-usul nama wangsa yang lain seperti wangsa Isana yang berpangkal dari Sri Isanawikramadharmotunggadewa atau Pu Sindok, wangsa Sailendra berpangkal pada Dapunta Sailendra. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, Prasasti Sojomerto menggunnakan bahasa Melayu Kuno. Maka, dapat disimpulkan bahwa orang yang mengeluarkan prasasti itu, yaitu Dapunta Sailendra berasal dari suatu daerah di Sumatera, yaitu Akhandalapura (Boechari, 2012).

Dapunta Sailendra dan Dapunta Hyang

Nama Dapunta Sailendra mengingatkan kita pada Dapunta Hyang, pendiri kerajaan Sriwijaya. Pertanyaan yang timbul adalah: Apakah kedua tokoh tersebut memiliki hubungan kekerabatan? Apabila kita melihat Prasasti Kota Kapur mengenai usaha Dapunta Hyang menaklukkan tanah Jawa dan Bahasa Melayu yang digunakan kedua tokoh tersebut, pernyataan bahwa Dapunta Sailendra berasal dari Sumatera mendapat dukungan cukup kuat. Tetapi, perlu dipertimbangkan pula pertanyaan mengenai kerajaan manakah yang diserang oleh Dapunta Hyang?

Ada dugaan yang menyatakan bahwa serangan Sriwijaya ditujukan pada kerajaan Tarumanegara. Namun, tidak menutup kemungkinan serangan ditujukan pada kerajaan Ho-ling atau Kalingga. Berita Cina dari Dinasti Sung memang menyebutkan bahwa pada pertengahan abad ke-7 di She’po (Jawa) berdiri sebuah kerajaan bernama Ho-ling (Kalingga) yang dipimpin oleh Ratu Hsimo (Sima). Berita Cina yang lain dari Dinasti Tang mengatakan bahwa tahun 666 dan 669 datang utusan dari To-lo-mo yang terletak di tenggara (Wurjantoro, 2010). J. L. Moens menyamakan To-lo-mo dengan Tarumanegara. Apabila dugaan Moens benar, maka akhir abad ke-7 Tarumanegara masih berdiri. Masalahnya, tidak ada sumber tertulis yang dapat dijadikan bukti bahwa pada abad tersebut kerajaan Tarumanegara masih berdiri atau sudah runtuh.

Kemungkinan lain, kerajaan yang diserang oleh Sriwijaya adalah Kalingga. Orang yang diutus untuk memimpin penyerangan adalah Dapunta Sailendra. Tetapi, Sriwijaya rupanya tidak mampu menaklukkan kerajaan Kalingga yang dipimpin oleh Ratu Sima. Karena merasa kecewa atas kekalahannya, Dapunta Hyang membuat prasasti yang isinya mengutuk tanah Jawa. Sedangkan Dapunta Sailendra dan sisa pasukannya tidak kembali ke Sriwijaya, melainkan menetap di Jawa, di daerah Sojomerto. Mungkin Dapunta Sailendra takut menghadapi kemarahan rajanya karena usahanya untuk menaklukkan kerajaan di Jawa tidak berhasil (Wurjantoro, 2010). Setelah lama menetap, Dapunta Sailendra akhirnya menjadi penguasa di Jawa.

Lantas, bagaimana hubungan Dapunta Sailendra dengan tokoh Ratu Sima atau Hsimo? Sumber prasasti di Indonesia tidak pernah menyebutkan nama Sima maupun Kalingga. Keberadaan kerajaan Ho-ling beserta penguasanya didapatkan dari sumber luar Indonesia. Berita Cina mengatakan bahwa di sekitar Ho-ling terdapat 28 kerajaan, Ho-ling adalah kerajaan terbesar. Apakah kerajaan Ho-ling yang dimaksud oleh berita Cina sebenarnya adalah Mataram? Penulis sendiri tidak mengetahui karena belum ada sumber yang memberi informasi tentang kapan berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.

Asumsi yang dapat diutarakan saat ini adalah Dapunta Sailendra memang seorang dari Sumatera yang datang ke Jawa atas perintah Dapunta Hyang. Mungkin Dapunta Sailendra adalah salah satu anggota keluarga atau raja bawahan Dapunta Hyang yang berbeda agama dan ditempatkan di Jawa setelah perluasan kekuasaan Sriwijaya. Pendapat penulis sendiri kurang lebih sama dengan pendapat Wurjantoro (Wurjantoro, 2010). Untuk mengukuhkan kedudukannya, Dapunta Sailendra mengeluarkan prasasti Sojomerto yang berisi silsilah keluarganya. Selain Dapunta Sailendra, raja-raja Jawa yang juga menulis silsilah keluarga adalah raja Balitung, Airlangga, dan Raden Wijaya. Tampaknya mereka bukan raja yang mempunyai hak atas tahta sehingga perlu menjelaskan siapa dirinya. Alasan Dapunta Sailendra mengeluarkan prasasti yang berisi silsilah keluarganya salah satunya adalah bahwa dia bukan berasal dari Jawa dan juga bukan pewaris tahta yang sah.

Berdasarkan prasasti Sojomerto, raja-raja dinasti Sailendra adalah keturunan Dapunta Sailendra. Sanjaya sendiri sebenarnya termasuk anggota wangsa Sailendra. Di Jawa Tengah memang banyak ditemukan candi yang berlatar belakang Hindu maupun Buddha. Keadaan ini menimbulkan kesan bahwa dua kelompok candi tersebut didukung oleh dua dinasti yang berbeda agama (Darmosoetopo, 2012). Sanjaya bukanlah pendiri wangsa atau dinasti, melainkan hanya pendiri kerajaan karena berdasarkan kitab Carita Parahyangan, kerajaan sebelumnya runtuh akibat serangan dari raja Galuh, Purbasora. Setelah berhasil mengalahkan Purbasora dan merampas kembali haknya atas tahta, Sanjaya mendirikan kerajaan yang beribukota di Medang.

Penutup

Berdasarkan berbagai sumber prasasti dan berita luar negeri, penulis mennyimpulkan hubungan antara Dapunta Sailendra dengan Dapunta Hyang sebagai berikut:

  • Dapunta Sailendra adalah pemimpin pasukan Dapunta Hyang yang dikirim untuk menaklukkan kerajaan di Jawa, namun gagal. Karena takut menghadap Dapunta Hyang, Dapunta Sailendra tidak kembali ke Sriwijaya melainkan menetap di Jawa. Setelah lama tinggal di Jawa, Dapunta Sailendra bermaksud untuk mengukuhkan dirinya sebagai penguasa. Namun, karena dia bukan penduduk asli Jawa serta tidak mempunyai hak dalam mewarisi tahta, maka dia membuat prasasti yang berisi silsilah keluarganya untuk mempertegas siapa dirinya.

 

  • Dapunta Sailendra adalah pendiri dinasti Sailendra. Sanna dan Sanjaya adalah raja-raja keturunan Dapunta Sailendra. Ada kemungkinan bahwa Sanna merupakan putra dari salah satu keturunan Dapunta Sailendra dengan salah satu anggota keluarga kerajaan Galuh karena dalam Carita Parahyangan Sanna disebutkan berasal dari Galuh.

Referensi:

  • 2012. Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  • Coedes, dkk. 2014. Kedatuan Sriwijaya, Kajian Sumber Prasasti dan Arkeologi. Pusat Arkeologi Nasional.
  • 2012. Prasasti Sojomerto dalam Konteks Sejarah Medang
  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1990. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Utomo, Bambang. “Membangun Tradisi Maritim: Kedatuan Sriwijaya” dalam Indonesia dalam Arus Sejarah II. Jakarta: PT Ichtisar Baru van Hoeve. 2010.
  • Wurjantoro, Edhie. “Wangsa Syailendra” dalam dalam Indonesia dalam Arus Sejarah II. Jakarta: PT Ichtisar Baru van Hoeve. 2010.

 

Oleh: Elyada Wigati Pramaresti (Arkeologi 2014)

Incoming search terms:

4 thoughts on “Menguak Sosok Dapunta Sailendra

  1. Tapi bisa jadi syailendra memang berasal dari jawa … karena berkuasa di sumatera juga maka dia mengeluarkan prasasti yang berbahasa melayu kuno sebagai bentuk bahwa kekuasanya tidak hanya dijawa tetapi juga di tanah melayu juga

    1. Hipotesis yang menarik dalam merekonstruksi masa Syailendra. Penelitian mendalam memang diperlukan agar hal yang masih samar bisa segera terlihat jelas. Terima kasih telah berkunjung.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.