[RILIS ACARA] Pelatihan Fotogrametri Jarak Dekat; Pemodelan Objek Tiga Dimensi
Sabtu (2/4) – Divisi P3M HIMA mengadakan pelatihan fotogrametri jarak dekat (close range photogrammentry) untuk mahasiswa Arkeologi UGM di Gedung Margono 303, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga pukul 14.00 WIB itu dipandu oleh tiga orang mahasiswa jurusan Teknik Geodesi UGM. Mereka adalah Irfan Ammar, Akhmad Faizal, dan Rudi Asdi Yanto.
Sebelum acara dimulai, semua peserta pelatihan menginstall softfile yang mendukung kegiatan pelatihan di laptopnya masing-masing. Kemudian, Mas Irfan yang menjadi pemateri menyampaikan beberapa pengantar mengenai kamera, dan fotogrametri.
Fotogrametri jarak dekat merupakan fotogrametri non pemetaan, dimana pembentukan image-nya dilakukan pada jarak kurang dari 100 meter. Prinsip dasar fotogrametri jarak dekat ini adalah model tiga dimensi (3D) yang bisa dimanfaatkan pada disiplin ilmu arkeologi, seperti pada pemotretan arca; arkeolog bisa mendokumentasikan arca dalam bentuk 3D sehingga terlihat lebih nyata. Oleh karena itu, P3M mengadakan pelatihan ini, karena merupakan hal yang tidak terdapat di mata kuliah arkeologi.
Pembentukan model 3D pada kegiatan ini dimulai dari pengenalan smartpoints pada perangkat lunak Photomodeler Scanner. Semakin banyak titik smartpoint yang dikenali makan semakin menghasilkan output yang baik. Titik-titik tersebut selanjutnya akan dihubungkan secara otomatis pada perangkat lunak yang akan menghasilkan bentuk jaring segitiga yang disebut TIN (Triangulated Irregular Network). TIN adalah salah satu metode untuk mempresentasikan suatu surface (permukaan) dalam bentuk jaring-jaring segitiga. Dalam pembentukan TIN dibutuhkan setidaknya enam titik yang dapat digunakan untuk pembentukan jaring segitiga. Tiga titik berada pada node sebagai jung sisi-sisi segitiga dan tiga titik lainnya merupakan titik luar yang membentuk jarring segitiga lain. Jaring-jaring segitiga tersebut tersusun oleh garis-garis yang salih berhubungan yang disebut vertex.
Hal yang penting dalam pembuatan objek 3D adalah kalibrasi kamera. Koreksi kalibrasi kamera bisa menggunakan perangkat lunak Photomodeler Sacnner dengan melakukan pemotretan lembar kalibrasi kemudian mencari nilai parameter kalibrasi kamera. Program akan secara otomatis mengkoreksi kalibrasi kamera. Sehingga saat melakukan input foto, foto tersebut akan dikoreksi secara otomatis oleh perangkat lunak ini. Hasilnya ada bagian hitam di setiap sisi foto.
Pengambilan foto juga mempengaruhi pembuatan objek 3D. Mas Irfan sebagai pemateri mengajarkan peserta pelatihan tips dan trik pengambilan foto. Foto yang diambil harus dengan ukuran iso yang sama, ukuran yang sama, dan kecepatan pengambilan yang sama. Intinya dalam pengambilan foto pengaturan fot pertama harus sama dengan foto berikutnya.
Pengambilan foto dilakukan secara menyeluruh pada objek gambar. Memotret mengelilingi sebuah objek . Kondisi pemotretan yang baik: untuk objek yang kecil, dapat menggunakan meja putar, foto yang di hasilkan harus overlap minimal 50-60%, pemotretan pada cahya yang dating dari segala arah, udahakan tidak memakai lampu, cahaya alami dari sinar matahari, jika diluar ruangan usahakan saat keadaan berawan.
Pemodelan foto menjadi objek 3D gampangnya memakai perangkat lunak Agisoft. Hanya menginput foto yang telah diambil mengelilingi objek kemudian melakukan beberapa tahapan di perangkat lunak tersebut, dan secara otomatis program akan membaca gambar dan menghasilkan titik-titik yang berubah menjadi objek 3D. Semakin banyak foto yang diambil dan semakin tinggi akurasi prosen, maka hasil objek 3D akan semakin lebih baik.
Peserta pelatihan dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian diberi tugas untuk memotret sebuah objek. Beberapa kelompok memotret arca-arca yang ada di depan gedung Margono, sebagian yang lain memotret arca-arca di depan perpustakaan. Hasil jepretan tersebut di input ke perangkat lunak Agisoft dan secara otomatis program merubah beberapa hasil jepretan menjadi objek 3D.
Selama pelatihan, peserta didampingi oleh Mas Taufiqqurahman Setiawan, alumni dari arkeologi UGM juga. Di akhir acara beliau mengatakan bahwa fotogrametri dapat dimanfatkan dalam disiplin ilmu arkeologi. Salah satunya pada saat ekskavasi. Akan lebih baik jika kotak ekskavasi dibuat gambar 3D-nya. Selain itu fotogrametri juga bisa digunakan saat pemotretan arca, atau relief pada candi. Gambar 3D yang dihasilkan bisa digunakan sebagai backup, pedoman dan data yang tidak akan hilang; karena baik arca maupun relief lama-kelamaan mungkin akan aus dan bisa jadi menghilang.