[RILIS] : KONGRES NASIONAL LUAR BIASA Ikatan Mahasiswa Arkeologi Indonesia Di Universitas Udayana Bali
Pada hari Selasa tanggal 31 Januari empat orang mahasiswa arkeologi FIB UGM berangkat ke Universitas Udayana dalam acara Konggres Nasional Luar Biasa Ikatan Mahasiswa Arkeologi Indonesia. Kongres tersebut dilaksanakan setelah ada kesepakatan sebelumnya di Pertemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa Indonesia XIV yang bertempat di UGM pada bulan September 2016. Kegiatan tersebut membahas mengenai kelanjutan IMAI yang dimana sesuai dengan isi Piagam Margarana, dimana organisasi tersebut mempunyai tujuan untuk mempermudah komunikasi antar mahasiswa jurusan arkeologi se-Indonesia dalam menyikapi permasalahan arkeologi di Indonesia sesuai kapasitasnya sebagai mahasiswa.
IMAI (Ikatan Mahasiswa Arkeologi Indonesia) merupakan suatu organisasi yang dibentuk pada tahun 2012, di Bali atas inisiatif mahasiswa arkeologi se-Indonesia. Pada tanggal 1-3 Februari 2017, dimulailah Kongres Nasional Luar Biasa di Bali guna untuk membicarakan beberapa permasalahan IMAI yang mendesak. Kongres tersebut dihadiri oleh perwakilan setiap Himpunan Mahasiswa Arkeologi Indonesia yaitu WARMA (Warga Mahasiswa Arkeologi) dari Universitas Udayana selaku tuan rumah, HIMA (Himpunan Mahasiswa Arkeologi) dari Universitas Gadjah Mada, KAMA (Keluarga Mahasiswa Arkeologi) dari Universitas Indonesia, KAISAR (Keluarga Mahasiswa Arkeologi) dari Universitas Hasanuddin, Himpunan Mahasiswa Jurusan Arkeologi dari Universitas Halu Oleo, dan PRAJA (Perhimpunan Arkeologi Jambi) dari Universitas Jambi.
Pembukaan kongres berlangsung di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali, disambut oleh Ketua BPCB Bali, Bapak I. Wayan Muliarsa. Acara pembukaan berlangsung hangat, dengan cerita pengalaman Bapak Muliarsa semasa kuliah sampai awal menata karir di BPCB hingga sekarang dan juga menceritakan pandangan beliau mengenai IMAI dimana beliau mengatakan, “mahasiswa arkeologi Indonesia perlu mempunyai wadah bersama untuk dapat saling terhubung agar bersama untuk memajukan nama arkeologi.” Dari ucapan tersebut itu menjadi pemantik bagi mahasiswa yang hadir di kongres untuk bersatu atas nama arkeologi Indonesia.
Dalam Kongres Nasional Luar Biasa IMAI 2017 yang dihadiri oleh perwakilan enam universitas tersebut menghasilkan beberapa hal penting untuk keberlangsungan IMAI kedepannya. IMAI sedikit merubah bentuk organisasinya menjadi forum fungsional. Forum yang berguna untuk wadah koordinasi antar Himpunan Mahasiswa Jurusan Arkeologi di Indonesia. Jalur Koordinasi terjalin dari Koordinator Pusat kepda Koordinator Wilayah masing-masing. Untuk mempermudah menjalankan tugasnya, Koordinator Pusat memiliki wewenang untuk memilih sekretaris dan bendahara.. Koordinator Pusat terpilih adalah Intan Cahyanita dari KAMA Universitas Indonesia. Satu periode kepengurusan IMAI terhitung sejak ditetapkan hingga dilaksanakannya PIAMI selanjutnya.
Selain itu, dibuat Pedoaman Dasar Organinsai IMAI sebagai pedoman atau acuan untuk IMAI kedepannya. Pedoman Dasar Organisasi merujuk pada Piagam Margarana dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IMAI sebelumnya. Dalam Pedoman Dasar Organisasi lebih dijelaskan mengenai identitas, kelengkapan organisasi hingga struktur kepengurusan IMAI. IMAI berfungsi sebagai wadah komunikasi mahasiswa arkeologi de-Indonesia dan turut aktif dalam isu-isu arkeologi di Indonesia dan juga tak lupa untuk menjadi jembatan komunikasi kegiatan PIAMI (Peretemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa Indonesia) selanjutnya agar sesuai dengan kebutuhan bersama antar setiap himpunan. PIAMI sendiri telah diadakan sebanyak enam belas kali dan untuk PIAMI XVII akan dilaksanakan oleh KAMA Universitas Indonesia, pada tahun 2018 mendatang.