[HIMAPEDIA] Menggali Jejak Kehidupan Ranu Grati
Ranu Grati dapat dikatakan sebagai salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Pasuruan. Danau yang memiliki luas 107 hektare ini terletak di antara 3 desa, yakni Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Ranu Grati merupakan danau yang terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik. Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang menyerupai corong besar dengan dasar yang dalam serta kandungan sedimen mineral di dalam airnya.
Nah, selain memiliki potensi yang besar sebagai objek pariwisata, kawasan Ranu Grati juga menyimpan potensi lain yang sangat layak untuk dikembangkan, yakni sebagai sumber ilmu pengetahuan, khususnya Arkeologi. Hal ini didasarkan pada banyaknya tinggalan arkeologi yang ditemukan di kawasan Ranu Grati.
Pada masa kini, tinggalan-tinggalan arkeologi tersebut menjadi sesuatu yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Mereka percaya bahwa tinggalan-tinggalan tersebut merupakan warisan dari leluhur mereka sehingga harus terus dijaga karena memiliki kekuatan supranatural yang dapat memengaruhi nasib mereka. Menurut Gunadi Kasnowihardjo dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang sudah banyak meneliti wilayah ini mengungkapkan bahwa kawasan Ranu Grati telah menjadi hunian manusia sejak masa Neolitikum.
Tinggalan-tinggalan arkeologi yang ditemukan di kawasan Ranu Grati dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang bersifat tangible dan intangible. Tinggalan yang bersifat tangible yang pertama adalah makam para leluhur desa, yakni Makam Mbah Sarijah dan Mbah Grisah di Desa Sumberdawesari; Makam Mbah Sainten, Makam Mbah Mintorogo, dan Makam Mbah Sigit di Desa Ranuklindungan; serta Makam Mbah Kendhit dan Makam Mbah Mendal di Desa Gratitunon. Makam-makam tersebut beorientasi utara-selatan seperti makam Islam pada umumnya dan sering diziarahi oleh penduduk setempat ketika sedang mengadakan selamatan atau hajatan.
Menurut Gunadi Kasnowihardjo, lokasi makam yang berada di tepian danau, seperti Makam Mbah Kendhit dan Makam Mbah Mendal, merupakan bagian dari kepercayaan dalam tradisi megalitik yang meyakini adanya proses kelahiran kembali di alam lain sehingga masyarakat pendukung tradisi megalitik tersebut menempatkan kubur mereka menghadap ke arah suatu tempat tertentu seperti gunung atau danau.
Tinggalan tangible berikutnya berupa benda-benda dengan ukuran kecil seperti beliung persegi, fragmen tembikar, lumpang batu, dan bandul jarum dari terakota. Masyarakat setempat seringkali memanfaatkan kembali benda-benda yang banyak mereka temukan tersebut untuk keperluan sehari-hari. Tetapi, ada juga yang menganggapnya sebagai benda regalia yang memiliki kekuatan supernatural, terutama beliung persegi. Masyarakat sekitar Ranu Grati mengenal beliung persegi dengan sebutan gege kelap (gigi petir) dimana mereka meyakini bahwa keberadaan beliung tersebut terkait dengan petir yang muncul saat hujan.
Sedangkan tinggalan intangible yang dapat dijumpai di kawasan Ranu Grati adalah kepercayaan penduduk setempat terhadap legenda terbentuknya Ranu Grati. Legenda tersebut menyebutkan bahwa Ranu Grati terbentuk ketika seorang petapa sakti bernama Begawan Nyampo marah kepada penduduk desa yang telah membunuh anaknya dan kemudian mencabut lidi yang Ia tancapkan setelah tidak ada penduduk desa yang mampu mencabutnya. Lubang bekas tancapan lidi tersebut kemudian mengeluarkan air dengan derasnya hingga membentuk Ranu Grati. Tinggalan intangible lainnya dapat dilihat dalam kepercayaan penduduk setempat terhadap gege kelap. Selain itu, terdapat setidaknya tiga data etnografi yang juga dapat dilihat sebagai tinggalan intangible oleh penduduk sekitar kawasan Ranu Grati, yakni upacara Bersih Desa, kebiasaan mencari dan mengkonsumsi ikan & kerang danau, serta tradisi Tandhakan. Tandhakan sendiri merupakan pementasan sebuah tari tradisional yang disebut tandhak di mana tarian ini dilakukan oleh satu atau lebih penari wanita dengan diiringi gamelan.
Selain dua jenis tinggalan tersebut, sebenarnya masih ada satu lagi tinggalan arkeologi yang ada di kawasan Ranu Grati, yaitu berupa sumber air atau sumur. Beberapa sumber air atau sumur yang terdapat di kawasan Ranu Grati diantaranya adalah Sumber Sari, Sumber Bandilan, Sumur Windu, Sumber Topeng, dan Sumur Kuna. Kehidupan manusia akan selalu tergantung pada ketersediaan air bersih yang tidak jauh dari lingkungan mereka. Oleh karena itu, sumber air bersih merupakan salah satu komponen penting yang terdapat pada pemukiman yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan mereka.
Keberadaan tinggalan-tinggalan arkeologi pada kawasan Ranu Grati diharapkan tidak mengganggu pengembangan kawasan tersebut sebagai salah satu objek wisata andalan Kabupaten Pasuruan, namun justru semakin menambah daya tariknya. Karena selain menghibur para wisatawan, keberadaan tinggalan-tinggalan tersebut juga dapat menambah wawasan para pengunjung tentang sejarah Ranu Grati pada khususnya dan Kabupaten Pasuruan pada umumnya. Terakhir, keberadaan tinggalan-tinggalan tersebut untuk selanjutnya diharapkan dapat terus lestari agar dapat terus diwariskan kepada generasi yang akan datang
Tulisan karya :
Muhammad Azzam Al Haq (Arkeologi 2019)
Editor :
Candrika Ilham Wijaya (Arkeologi 2019)
Hot Marangkup Tumpal (Arkeologi 2018)
Daftar Pustaka
Kasnowihardjo, Gunadi. 2012. “Pola Pemukiman Neolitik di Kawasan Danau Grati Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur” dalam Berkala Arkeologi Vol. 32 Edisi No. 1/Mei 2012.
___. 2012. “Teknologi Gerabah Situs Ranu Bethok dan Ranu Grati: ‘Sebuah Kajian Berdasarkan Analisis Petrografi’ dalam Berkala Arkeologi Vol. 32 Edisi No. 1/Mei 2012.
___. 2014. “Temuan Beliung di Kawasan Danau: Studi Kasus di Kawasan Beberapa Ranu di Jawa Timur” dalam Berkala Arkeologi Vol. 34 Edisi No. 2/November 2014: 131-134.
___. 2016. Berita Penelitian Arkeologi Situs Pemukiman Kawasan Danau di Jawa Timur. Balai Arkeologi Yogyakarta.
Sumber Internet
Ksmtour. “Danau Ranu Grati Pesona Yang Indah di Pasuruan Jawa Timur”, https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/jawa-timur/danau-ranu-grati-pesona-yang-indah-pasuruan-jawa-timur.html diakses pada 11 Agustus 2020 pukul 20.55 WIB.
Pemkab Pasuruan. 2011. “Danau Ranu Grati”, https://www.pasuruankab.go.id/potensi-64-danau-ranu-grati.html diakses pada 11 Agustus 2020 pukul 20.57 WIB.
Mantap. Terus lanjutkan semangat menulis dan publikasi
Terima kasih dukungannya.